NasionalOpini

Apakah BEM UI Itu Representatif?

Oleh; Muhammad Fadllil Kirom*

Ingatan saya kembali ke era awal reformasi, periode 1999-2004, era dimana gerakan mahasiswa begitu mendominasi opini publik. Selain gerakan mahasiswa ekstra kampus (kelompok cipayung dkk), muncul gerakan intra kampus yang dimotori oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM).

Ada ribuan BEM pada saat itu, namun jika dipilah terbagi menjadi tiga kelompok. Pertama, Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) yang dimotori Universitas Indonesia dengan tokohnya Rico Marbun dkk. Kedua Badan Eksekutif Mahasiswa Indonesia (BEMI), yang bergerak berhadapan dengan BEM SI. Lantas yang ketiga, BEM yang acuh tak acuh dengan dinamika pergerakan nasional, alias fokus ngurus dunia kampus. Untuk kelompok ketiga ini, bahkan jumlahnya mayoritas.

Sebagai presiden mahasiswa Unisma Malang tahun 2003, saya memilih bergabung dengan BEMI untuk melakukan kontra narasi BEM UI. Alhamdulillah! Lebih dari 40 Kampus di Jawa Timur, yang pada saat itu bergabung dengan BEMI.

Perbedaan cara pandang dalam gerakan mahasiswa adalah hal biasa, karena idealisme mahasiswa akan menemukan ruang aktualisasinya dengan cara berbeda-beda. Menjadi masalah ketika gerakan moral mahasiswa ditunggangi oleh kepentingan politik praktis para seniornya. bet 22 Situasi ini menjadikan gerakan yang awalnya murni menjadi bias kepentingan.

Refleksi penting atas dunia gerakan mahasiswa memang diperlukan, apalagi pada situasi pandemi COVID-19 yang membuat semua orang dalam situasi gelisah, panik dan ketidakpastian. Gerakan mahasiswa haruslah berpikir strategis untuk melihat situasi demi perbaikan bangsa. العاب الحظ

Makin menurunnya daya kritis mahasiswa hari ini jangan sampai diboncengi oleh kekuatan politik tertentu untuk memperoleh keuntungan pragmatis. Para senior aktivis mahasiswa tidak boleh mengarahkan juniornya untuk kepentingan mereka semata. تصفيات اليورو 2023

Pada praktek di lapangan, tidak semua BEM sepemikiran dengan BEM UI. Sayangnya, media mainstream lebih tertarik mendengar pendapat BEM UI di banding BEM yang ada di Aceh, Papua, Nusa Tenggara Timur, dan daerah terpencil lainnya.

Baca juga:  Perpanjang PPKM Darurat, Harus Ada Kejelasan Solusi Bagi Masyarakat Terdampak

Akhirnya, refleksi ini hanya sekedar mengingatkan kita bersama. Bahwa dari sekitar 5000 kampus yang ada di Indonesia, cobalah dengarkan pendapat dari masing-masing BEM atas situasi negara ini. Kalau hanya segelintir BEM, dikhawatirkan ada tunggangan di belakangnya.

Semoga adik-adik mahasiswa belajar dengan gerakan mahasiswa di masa lalu, agar tidak terjebak dalam politik praktis. Bangunlah jiwanya bangunlah badannya. Amiin!

NB; Penulis merupakan mantan Presiden BEM Universitas Islam Malang Periode 2002-2003. Saat ini penulis lebih banyak beraktivitas di Jawa Tengah.

Related Articles

Back to top button