NewsOpini

Hikayat ASI Bagi Si Kembar Tangkal Corona

Oleh; Zulvina Narida Anom*

Saya melahirkan dua bayi kembar pada saat Pemerintah memberlakuan Lockdown tahun 2020 lalu. Maret kala itu, seharusnya menjadi saat-saat yang membahagiakan menyambut kelahiran bayi. كاس اليورو 2023 Akan tetapi justru proses melahirkan yang saya hadapi, diliputi rasa cemas luar biasa dari keluarga. جدول ونتائج الألعاب الأولمبية لعام 2022

Sejak masuk rumah sakit sudah dibatasi, hanya boleh ditemani suami, keluarga hanya boleh mengantar sampai di halaman parkiran rumah sakit.

Hingga operasi usai, hanya suami yang boleh menemani di kamar pasien. Jadilah saya dan suami begitu kerepotan, diantara riuh tangis kedua bayi yang selalu hadir secara bersamaan. Bersyukur mereka lahir dengan sehat dan sempurna.

Dengan kondisi yang belum pulih pasca operasi SC (Seksio Sesarea). Lalu masih belajar memiringkan badan dan lain-lain. Membuat tekad saya menguat agar sesegera mungkin melakukam IMD (Inisiasi Menyusui Dini), dengan bantuan penuh dari suami.

Walau masih kesakitan dan sangat repot dengan dua bayi. Tekad kuat muncul dalam benak saya, untuk memberikan hak utama pada dua bayi itu. Alhamdulillah! Pada usia satu hari, dua bayi menggemaskan itu sudah pintar menghisap kolostrum dari payudara saya.

Kebahagiaan yang diliputi rasa syukur mendalam atas berkah dari Allah SWT. Sebagai ibu, saya merasa tenang karena penguat imun bayi telah berhasil masuk dalam tubuh keduanya.

Ketika pulang kembali ke rumah, pintu rumah sengaja saya tutup rapat-rapat atau dengan kata lain tidak menerima kedatangan tamu sama sekali pada saat itu. كيفية لعب بلاك جاك Beberapa kerabat bahkan berkeras datang menjenguk saya dan si kembar, namun mereka harus kembali pulang dengan kekecewaan.

Kalaupun beruntung, maka mereka hanya ditemui suami di depan teras rumah. Atau jika dapat doorprize, mereka hanya mendapatkan pertemuan dengan suami yang ada saya diantara mereka. “Mohon maaf, keduanya sedang tertidur pulas,” terang saya pada tamu yang menjenguk.

Baca juga:  Disabilitas dan Kelompok Rentan - Fokus Utama Percepatan Vaksinasi dan Bansos

Sejak awal saya menganggap COVID-19 adalah penyakit serius yang harus di waspadai.Tidak perlu dipikir secara ruwet teori penyebarannya, sama halnya dengan pola penyebaran virus flu biasa. Walau kita tidak kontak langsung dengan orang yang sedang flu, karena imun sedang drop membuat kita mudah tertular sakit flu. Maka saya pun sangat berhati-hati menjaga kesehatan buah hati, imun harus benar-benar dijaga.

Beredar informasi berdasarkan penelitian bahwa ASI tidak akan menularkan virus SARS-CoV-2 melalui ASI, tetapi justru bisa memberikan antibodi yang mampu
menetralkan virusnya. Tentu ini makin menguatkan pemahaman bahwa ASI adalah makanan sekaligus obat bagi bayi. Itu sebabnya pemberian ASI sangat penting diperjuangkan apapun kendalanya.

Tentu dengan tulisan ini, saya tidak bermaksud menghakimi para ibu yang tidak bisa menyusui anaknya dengan menggantikan susu formula. Karena ini soal pilihan para ibu, untuk memberikan yang terbaik untuk buah hati. Akan tetapi saling menyemangati sesama ibu untuk konsisten meng-ASI-hi juga merupakan jihad tersendiri di era sekarang ini.

Dimana gempuran iklan sufor memenuhi layar tv maupun media sosial. Menggoda para orang tua! Seolah-olah kebaikan yang terkandung dalam sufor mampu mengalahkan ASI. Mirisnya! Terkadang, saat masuk ruang praktek dokter spesialis anak pun kita temui iklan sufor terpampang di dindingnya.

Merujuk hasil studi penelitian yang menunjukkan ASI mampu menangkal COVID-19, maka bolehlah saya berbangga diri telah berhasil konsisten menyusui. Genap 15 bulan saya menjadi kaum rebahan, menyusui dua bayi sekaligus. Alhamdulillah kedua bayi saya senantiasa sehat, terlindungi sepenuhnya oleh keajaiban ASI. Namun bukan karena saya tidak bekerja di luar rumah, maka saya mudah saja menyusui. Saat ini banyak komunitas yang memberikan edukasi tentang menyusui bagi ibu bekerja. Komunitas AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia) salah satu komunitas yang gencar mengampanyekan pentingnya menyusui dan menyuguhkan berbagai tips menyusui.

Baca juga:  Tren Pasien Rawat Inap di Luar Jawa-Bali Meningkat

Wanita memang makhluk yang istimewa, dengan segala anugerah anatomi tubuhnya dia mampu menjadi Ibu. Payudara adalah sumber kehidupan manusia, yang patut dihargai dan dijaga, bukan sebagai pemancing berahi belaka. Jika kesadaran ini sudah sepenuhnya diterima masyarakat Indonesia, maka menyusui bukan lagi hal yang merepotkan, yang harus disembunyikan.

Lihatlah bagaimana nyatanya ASI mampu menangkal virus COVID-19, yang bahkan para ilmuwan hingga hari ini belum mampu menemukan formulasi tandingannya. Semoga hal ini menyadarkan kita, bahwa obat dari segala penyakit itu sesungguhnya begitu dekat. Tinggal kita menghargai dan mensyukuri anugerah yang diberikan Allah SWT. Bisa jadi, air putih hangat adalah obat yang sangat mujarab, bisa jadi.

NB: Penulis merupakan ibu dari empat orang anak, dimana dua diantaranya terlahir kembar. Lulusan Universitas Negeri Malang, Fakultas Sastra pada tahun 2008.

Related Articles

Back to top button