NewsOpini

Arah Peradaban Manusia

Oleh; Muhammad Fadllil Kirom*

Jejak manusia di bumi selama puluhan ribu tahun lalu hingga hari ini, benar-benar membuktikan eksistensi manusia sebagai mahluk Tuhan yang berperadaban.

Berbagai kreasi manusia dari kreatifitas primitif hingga paling modern, -dari teknologi sederhana hingga era artificial intelelligence-, menggambarkan adanya proses perubahan yang terus menerus secara bertahap. Manusia dalam hal ini adalah mahluk pembelajar yang kreatif. Otak manusia terus berkembang seiring perkembangan teknologi.

Dalam hal ini, kita menemukan arah peradaban manusia didorong oleh keinginan untuk menyelesaikan berbagai kebutuhan dan permasalahan dengan efisien dan praktis. Lalu, teknologi menjadi tools bukan hanya untuk menjawab persoalan kebutuhan mendasar saja, tetapi didorong menjawab berbagai problem ekonomi, sosial hingga politik. Hari ini, Big data menjadi salah satu alat untuk mengambil berbagai keputusan strategis yang mempengaruhi kehidupan manusia.

Peradaban manusia akan mengarah kepada sesuatu yang bersifat logis saja, lalu bagaimana nasib agama di masa depan?

Mari merenung sejenak, dalam 500 tahun terjadi beberapa revolusi teknologi. Dimulai dari Revolusi Industri I (ditandai ditemukannya mesin uap), Revolusi Industri II (ditemukannya listrik), Revolusi Industri III (komputerisasi) dan Revolusi 4.0 (internet of think). Pada saat yang sama, lahirlah ideologi besar dunia seperti liberalisme, kapitalisme, sosialisme, fasisme hingga komunisme yang berakar dari filsafat. Dan sungguh kita temukan keajaiban, agama tetap bertahan dari berbagai serangan ideologi besar yang ada.

Apakah agama akan kembali menunjukkan kehebatannya ditengah tantangan industri 4.0? Sebagian ada yang berpikir, agama sudah irrelevant. Agama akan dihadapkan pada tantangan teknologi “neuro science” dan “gen editing” yang akan menggoyahkan doktrin dasar agama tentang keluarga, ras, dsb. Kelompok ini akan menjadikan “science” sebagai agama baru mereka.

Baca juga:  TANTANGAN PENEGAKAN HUKUM PADA PEMILU 2024

Agamawan perlu kembali membaca kecenderungan peradaban yang akan sangat logis, rasional, pragmatis dan scientific. Data menjadi kunci utama dalam era 4.0. Dan bahayanya disparitas si kaya dan si miskin akan makin kentara mengingat penguasa data dan informasi serta kapital hanya dikuasai segelintir orang.

Agamawan perlu memperluas dan membaca ulang doktrin agamanya agar tidak terhapus dalam sejarah manusia. Dan sebagai muslim, saya meyakini banyak sekali ayat-ayat di Al-Quran tentang sains yang belum banyak didiskusikan oleh para ilmuwan muslim.

Dalam konteks Indonesia, kesibukan dalam menghadapi berbagai ideologi kiri dan kanan yang mengancam Pancasila, tidak boleh membuat kita lengah dan terlena. Harus ada sekelompok orang yang serius mempelajari sains agar anak cucu kita tidak hanya menjadi konsumen teknologi saja.

Zaman akan terus tumbuh dan berkembang, apakah orang-orang di nusantara ini akan disibukkan dengan urusan domestik dimana perdebatan yang tidak produktif terus dibudayakan ataukah kita akan berkontribusi kepada peradaban manusia dengan spirit Pancasila?

Menuju Senja di Semarang.

NB; Penulis merupakan warga Nahdliyin. Saat ini penulis lebih banyak beraktivitas di Jawa Tengah.

Related Articles

Back to top button