NewsOpiniTelusur

Perihal Administrasi Emak-Emak

Oleh: Mirna Fadhli*

Pemberlakuan waktu dan hari kerja di masa pademi COVID-19 jelas berpengaruh dalam hal pelayanan publik. Sistem pelayanan di masa pandemi yang berubah-ubah, membuat masyarakat kebingungan termasuk pula kaum Emak-emak seperti saya. Hal ini disebabkan minimnya informasi yang diberikan pada masyarakat awam, dengan bahasa yang mudah dipahami dan tidak terlalu teknis.

Jika masyarakat awam tidak memahami bahasa teknis pelayanan, jelas menyebabkan tak lengkap proses administrasi. Naga-naganya ya tetap pulang-pergi, hanya untuk mengurus perihal tersebut. Salah siapa? Salah emak-emak seperti saya, yang terlalu padat jadwal kerjanya sebagai Manajer Rumah Tangga. Heeeee…

Pandemi membuat semuanya semakin ruwet, kali ini berkaitan dengan waktu jam pelayanan publik. Sebelum pandemi waktu pelayanan dimulai pada pukul 08. موقع كونكر 00 pagi hingga jam 12.00 lantas istirahat, lalu dilanjutkan kembali pukul 14.00 – 16.00 sore. Namun kini pelayanan publik diluar bidang kesehatan terutama, pelayanannya hanya buka dari pukul 08.00 pagi hingga pukul 12.00 siang, dan itu bisa berselang satu hari.

Ini terjadi bukan tanpa dasar, tetapi untuk mengurangi lonjakan pengunjung agar mata rantai virus COVID-19 bisa diputus. Kini di sejumlah instansi yang biasanya memberlakukan sistem nomor urut antri, mengurangi jumlah nomor antriannya. العب طاولة محبوسة Jika emak-emak seperti saya datang terlambat mendapatkan nomor antrian, maka otomatis harus balik kanan alias pulang. Tetapi kita semua sebagai emak-emak harus tenang, karena telah ada pengalihan dengan menggunakan sistem pelayanan online. Ini solusi, masalah terselesaikan!

Sistem pelayanan online tentu bagi sebagian besar orang yang mengerti, jelas akan sangat terbantu. Terutama untuk emak-emak milenial seperti saya, karena setiap harinya berurusan dengan perangkat teknologi terutama gadget. Namun kendala emak-emak lain harus juga dipahami dan dimengerti.

Baca juga:  PENGARUH LINGKUNGAN PICU TERJADINYA KEKERASAN SEKSUAL TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DI BALIKPAPAN

Walau memang soal memahami, adalah perihal yang tidak mudah. Kita semua harus berbesar hati, untuk saling memahami satu sama lain. Karena ada banyak emak-emak yang jauh dan tak bersentuhan dengan “gadget”, dalam kehidupannya sehari-hari. Kita tidak boleh hanya mewakili emak-emak milenial. Siapa kita? Emak-emak milenial. Bukan, kita adalah emak-emak dengan segala tanggungjawabnya.

Tentu kita juga harus mewakili emak-emak senior, kalau tidak mau menyebutkan mereka yang lahir dibawah tahun 1980-an. Walau memang tidak semuanya, tetapi kebanyakan mereka tidak memahami gadget. Jika dihitung secara keseluruhan dari angka 100 persen, yang memahami berada pada kisaran 43 persen saja.

Pengalaman pribadi terjadi saat emak saya sendiri, yang jauh lebih senior. Saat mengurusi perihal adminsitrasi terkait uang pensiun begitu kikuk. Jika tidak dipandu, beliau sangat kesulitan sekali menggarap perihal administrasi secara online.

Emak-emak senior terbiasa langsung berhadapan-hadapan dengan petugas pelayan, dimana mereka memerlukan penjelasan secara aktif dan terperinci. Dihadapkan pada sistem pelayanan online tentu mereka akan menjadi bingung. Sekali lagi ini hanya sekedar pengalaman emak-emak milenial dan emak-emak senior, hanya sedikit dari pengalaman emak-emak lainnya yang berkaitan dengan perihal administrasi dan pelayanan publik.

Pelayanan publik secara tatap muka maupun online, adalah pilihan yang dijalankan dengan tujuan untuk memudahkan masyarakat. Tidak saja yang berkenaan dengan emak-emak golongan menengah ke atas maupun pula menengah ke bawah. Jadi saling memahami keadaan dalam posisi seperti sekarang, adalah tindakan yang bijak. Saya tak sampai hati membayangkan bagaimana kondisi emak-emak senior lain, yang wilayah tempat tinggalnya jauh dari Ibukota Kabupaten maupun Kecamatan.

Kita semua berharap agar hidup kembali normal, COVID-19 dapat ditundukkan dengan mudah layaknya flu biasa. Bagaimanapun manusia adalah makhluk sosial, yang mana saling mendukung antara manusia satu dengan manusia lainnya. Walau memang, kondisi emak-emak jauh lebih riwuh pada masa seperti sekarang ini. payeer

Baca juga:  Perpanjang PPKM Darurat, Harus Ada Kejelasan Solusi Bagi Masyarakat Terdampak

NB: Penulis merupakan Manajer Rumah Tangga (MRT), lulusan Fakultas Pertanian di Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta).

Related Articles

Back to top button