OpiniRagam

Mahasiswa Tak Sebatas Gelar

Oleh: Abdus Salam*

Mereka-mereka yang berkesempatan melanjutkan pendidikan setelah mengambil pendidikan tingkat SMA/SMK sederajat, dapatlah disebut mahasiswa. Duduk dengan luar biasa pada bangku di Sekolah Tinggi, Akademi, hingga Universitas.

Bahkan dalam Kepingan-kepingan sejarah di berbagai belahan dunia, mahasiswa/mahasiswi masuk dalam bagian penting catatan sejarah atas perubahan nasib suatu bangsa, termasuk pula di Indonesia.

Apakah kalian semua pernah terpikir dan merenungkan, betapa gelar sebagai mahasiswa tidak sekedar hanya lantas berguna saat masuk ke desa-desa hingga pinggiran kota saat melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) semata. Namun memiliki tanggung jawab yang besar, sebagai agen perubahan. Itu terlihat jelas dalam pergulatan ketika Orde Lama dan Orde Baru berlangsung pada masanya.

Masa kritis pemerintahan pada tahun 1965,
ribuan mahasiswa-mahasiswi berhasil menumbangkan Soekarno, untuk turun dari jabatannya sebagai Kepala Negara, pada saat aksi gerakan Tritura (Tri Tuntutan Rakyat).

Lalu kembali aksi demonstrasi besar dilakukan mahasiswa-mahasiswi pada Mei 1998, mengguncang kekuasaan Soeharto. Desakan yang membuat Tragedi Trisakti diingat hingga kini.

Tragedi tersebut banyak memakan korban di kalangan aktivis mahasiswa, yang bahkan berujuang pada kematian. Ada nama Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, hingga nama Hendriawan Sie.  Mereka harum dengan perjuangannya, jauh lebih subur manfaatnya ketimbang koar-koar sebagian kecil mantan aktivis. Yang merasa berjuang atas perubahan bangsa, namun lama-kelamaan sifatnya tak jauh beda dengan mereka-mereka yang dulu dicaci maki maupun dibenci. مسلسل كرة قدم Korupsi! Kolusi! Nepotisme!

Peran dan fungsi mahasiswa bukanlah sebatas belajar dan merebut gelar sarjana. Melainkan juga terlibat aktif mengontrol keadaan sosial, dan itu sudah menjadi hakikat dari mahasiswa itu sendiri. لعبة طاولة 31 على الانترنت Sebagai yakni Sosial Of Control.

Namun pertanyaan hari ini, apakah Idealisme mahasiswa-mahasiswi telah hilang atau bahkan punah? Anggap saja mereka khilaf. Hanya mengalami penurunan akibat arus besar sosial media, yang mempengaruhi gaya hidup sebagian besar mahasiswa. الروليت

Baca juga:  Cara Menag Cegah Kekerasan Seksual di Lembaga Pendidikan Agama

Mahasiswa-mahasiswi sebaiknya kembali kritis dan memberikan andil besar bagi arus perjalanan bangsa. Menuju bangsa yang jaya nan luar biasa. Sehingga tidak tenggelam dalam pola fikir yang mudah menyimpulkan sesuatu, tanpa menggunakan kecerdasan yang seharusnya ditunjukkan dengan logika kritis transformatif. Sehingga tidak terjebak laju sikap pragmatis, atau bertindak bak kerasukan jin lantas tak bisa mengendalikan akal fikir hingga fisiknya sendiri.

NB: Belajar di Unikarta, di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Bukan seorang Batman, namun seringkali bertindak sebagai Barbershop dalam dunia nyata.

Related Articles

Back to top button