Opini

Anak Kampung Jadi Mahasiswa Baru

Oleh: Seldi*

Perkenalkan saya seorang mahasiswa baru di Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta), lahir dari keluarga sederhana. Lulus dari bangku SMA pada tahun 2021, umur saat ini 19 tahun.

Pembaca pasti bisa menebak tahun lahir saya, tapi jangan berasumsi bahwa saya sering tertinggal kelas. Walau lulus pada umur 19 tahun, namun sejatinya lulus dengan umur segitu dikarenakan saya telat masuk Sekolah Dasar.

Teman-teman sebaya saat itu sudah jadi kakak kelas, dan saya berstatus sebagai adik kelas mutlak karenanya. Saya mendaftar kuliah tidak lama, baru beberapa waktu yang lalu. Hitungan bulan kalau tidak salah, mohon dibenarkan.

Mulanya saya memilih dua jurusan saat mendaftar kuliah di Unikarta, pertama saya memilih Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik (FISIP). Lantas yang kedua Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEBIS). Saat dilakukan tes penerimaan, ternyata hasil tes saya nilainya condong sekali ke FEBIS.

Hari pertama perkuliahan, sebagaimana biasanya. Maka terjadilah acara perkenalan diri oleh tiap mahasiswa-mahasiswi. Mulai dari memperkenalkan nama, alamat, tanggal lahir, dan motto diri.

Lalu ada pula perihal Demokrasi yang berlangsung secara sederhana yakni memilih Ketua Tingkat (Kating), suasana yang berbeda dibandingkan saat duduk di bangku sekolahan.

Sebenarnya saya pada saat itu ditawari menjadi Kating. Namun karena merasa belum pantas dan khawatir tidak bisa mengayomi saya kemudian memilih salah-satu mahasiswi untuk menjadi Kating.

Berbincang kegiatan pembelajaran, tentu masing-masing dosen telah mengatur waktu dan polanya. Yang hingga saat ini masih dilakukan pembelajaran secara Daring (dalam jaringan), walau begitu terlihat setiap dosen memiliki sifat dan cara mengajar yang berbeda-beda.

Masih dalam perihal pembelajaran. Mahasiswa-mahasiswi dituntut harus memahami mata kuliah yang diajarkan dengan cepat dan tepat. Walau terkadang sebagai mahasiswa baru, saya seringkali belum memahami secara penuh. Atau saya masih terbawa suasana bangku sekolahan, entahlah.

Baca juga:  Meraih Ketaqwaan di Bulan Suci

Menjadi mahasiswa baru, tentu tantangannya luar biasa menegangkan. Banyak wajah cerdas lagi bersahaja dalam tiap pertemuan kuliah secara daring. Apakah mahasiswa-mahasiswi lainnya mengalami problematika yang sama dengan saya?

Apakah mereka juga paham atau pura-pura paham. Jika pun ada yang paham, tak semua ingin berbagi. Mungkin karena menggunakan mindset unggul dan tak mau tersaingi.

Belajar secara daring, tidak semua materi yang dijelaskan bisa kita terima. Jika saat tatap muka bisa memahami 100% materi yang dijelaskan, maka saat daring hanya 50% yang dapat saya ataupun teman-teman lain pahami.

Ditambah penjelasan yang menggunakan bahasa ilmiah, jelas semakin membuat materi yang diterangkan semakin sulit di pahami. Lagi-lagi ini kendala saya sebagai mahasiswa baru, yang jauh dari kata “Maha”. Namun inilah kendala yang membuat saya seringkali tertinggal materi perkuliahan. Jangan khawatir! Semoga PTM (Pertemuan Tatap Muka) segera dilakukan.

Jujur sebagai orang yang tinggal di perbatasan Kota Bangun – Muara Kaman, memiliki status sebagai mahasiswa adalah suatu kemewahan bagi diri pribadi maupun orang tua. Mohon doa dan restu pembaca, agar saya sukses jadi Civitas Akademika di Unikarta. Jika tidak, khawatir pulang kampung dan segera duduk berkeringat dingin di pelaminan.

NB: Penulis merupakan mahasiswa Unikarta, Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Mengaku penyuka Drakor, dan mengagumi Ma Dong Seok sebagai aktor yang luar biasa.

Related Articles

Back to top button