OpiniTelusur

Prajurit Kuda Lumping

Oleh; Kukuh Jumatoro*

Prajurit merupakan pasukan yang mengabdi kepada suatu kerajaan atau negara.
Seorang prajurit yang selalu mengabdi kepada kerajaan dan patuh terhadap raja atau pimpinan.

Dalam budaya Jawa pada zaman dulu terdapat pasukan berkuda, yang dalam pengejawantahan kesenian mereka bahkan menjadi kultur budaya perlawanan yang merakyat hingga menjadi sebuah kesenian tari tradisi yakni kuda lumping. Budaya yang tidak luntur hingga masa sekarang, dilestarikan dan membuktikan bahwa Indonesia memiliki keunggulan seni tradisi luar biasa. صور كونكر

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sekelompok orang, serta diwariskan dari generasi ke generasi. Maka dari itu budaya harus dikembangkan dan dilestarikan guna untuk tidak lupa nya kita kepada warisan nenek moyang kita.

Kuda lumping merupakan kesenian yang digemari oleh masyarakat. Mempertontonkan aksi-aksi unik dan ekstrem dalam setiap pagelarannya. Tentu saja hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para penonton. نتائج اليورو 2024 Bahkan penikmatnya tidak saja terpusat di tanah jawa, namun juga menjadi sajian tradisi yang tersebar di seluruh pelosok nusantara dengan makin tersebarnya masyarakat jawa melalui program transmigrasi di zaman Presiden Soeharto.

Tujuan awal digelarnya tradisi ini adalah sebagai ritual semata. لعبة الخيل عبر الانترنت Namun saat ini ada juga yang menggelarnya, sebagai suguhan dalam acara hajatan-hajatan yang berkaitan dengan sosial kemasyarakatan.

Bahkan jangan heran jika di Kalimantan Timur, kuda lumping juga sudah terkenal dimata masyarakat setempat sejak tahun 1960-an. Walaupun sudah jauh dari daerah asalnya dan bahkan sudah sekian lama ada di Kalimantan Timur, penonton masih tetap ingin melihat pertunjukan seni kuda lumping dan mendukung keberadaannya.

Sehingga tradisi dan budaya ini dengan mudah tidak akan luntur, jadi bagaimana pun kondisi kita jangan sampe lupa dengan budaya kita yang telah diwariskan kepada kita sebagai generasi selanjutnya.

Baca juga:  Ringan Tangan dan Tidak Menggenggam Tangan

NB: Penulis merupakan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Kutai Kartanegara, dan penggemar seni tradisi.

Related Articles

Back to top button