Aswaja

Keterbukaan dan Kerjasama dalam Kebaikan

Oleh : KH. Husein Muhammad

Dalam kondisi seperti itu pikiran dan produk kebudayaan bangsa-bangsa niscaya saling merasuk dan memengaruhi. Pikiran-pikiran yang dihasilkan berbagai peradaban dunia hari ini saling berebut tempat di hati public dunia. Upaya-upaya untuk mencegahnya akan kandas, karena aktifitas pengetahuan tersebut masuk melalui partikel-partikel cahaya elektronik yang amat halus lembut, tak kasatmata ke ruang Maya yang penuh misteri.

Sikap menolak atau menutup diri (eksklusif) terhadap masuknya kebudayaan asing itu, bukanlah jalan yang akan mengantarkan diri pada kemajuan dan kebaikan. Yang akan terjadi justru sebaliknya, kemunduran, ketertinggalan dan keterpurukan. Dengan kata lain, menolak produk ilmu pengetahuan, teknologi dan pemikiran “the others” atau bangsa asing, hanya karena mereka sekuler, atau ateis, akan merugikan diri sendiri.

Maka tidak ada cara lain bagi masing-masing kita, kecuali mencari ruang kekuatan diri bagi berkembangnya kreatifitas sebesar-besarnya oleh diri sendiri dan untuk kebaikan dirinya sendiri dan orang lain. Apakah yang kita miliki sekarang?. Ini adalah tantangan maha besar yang sedang dihadapi dan harus dijawab oleh bangsa-bangsa muslim di seluruh dunia. Kita tak bisa lagi hanya marah-marah dan “ngamuk-ngamuk” terhadap “the others”, hanya karena mereka sekuler atau tak beragama.

Jika kreatifitas dipasung, produktifitas intelektual dihentikan, inovasi dibekukan karena dianggap bidah, sesat, dan imajinasi dinihilkan karena dianggap ngawur, maka kita sesungguhnya sedang menanti kematian.

Seorang filsuf mengatakan :

ان الانسان الذكى هو الذى يتعلم من كل شيء ومن كل أحد . وأما الغبي فهو الذى يدعى أنه يعرف كل شيء أحسن من غيره . (سقراط)

Manusia cerdas adalah dia yang mau belajar dari segala hal dan dari siapapun. Orang bodoh adalah dia yang mengaku tahu segala hal secara lebih baik dari selain dirinya.

Baca juga:  Dapat Narsum Mahbub Djunaidi! Aktivis PMII Jadi Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim

Filsuf Islam awal, Al-Kindi mengatakan :

ينبغي لنا أن لا نستحي من استحسان الحق ، واقتناء الحق من أين أتى ، وإن أتى من الأجناس القاصية عنا ، والأمم المباينة ، فإنه لا شئ أولى بطالب الحق من الحق

Seyogyanya kita tidak merasa malu menerima dan mengambil serta merawat kebenaran dari manapun datangnya, meskipun dari bangsa-bangsa yang jauh dan berbeda dari kita. Karena tidak ada sesuatu apapun yang lebih utama untuk dicari daripada kebenaran itu sendiri.

Tuhan dalam kitab suci Al Qur’an mengajak umat manusia untuk bekerjasama dalam kebaikan, dan tidak dalam keburukan/kejahatan dan permusuhan.

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Dan hendaklah kalian bekerjasama dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan bekerjasama dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya.

Related Articles

Back to top button