Andai Aku Jokowi dalam Sehari

Oleh : Muh. Ridwan Zein

Awalnya aku hanya seorang pemuda yang bermimpi di pagi buta, selepas sholat shubuh yang biasa tidur lagi. Tapi hari ini, pagi ini, aku adalah orang nomor satu di negeri ini, Indonesia. Semua tanggungjawab negeri ini berada dipundakku. Setiap ada keluhan masalah dapur, itulah urusanku. what is ivermectin good for in humans Tak bisa aku hanya mendengkur dibalik selimut memimpikan negeri ini sejahtera. Aku harus bangun lebih pagi dari ayam jago, lebih giat dari semut hitam, dan lebih melindungi dari induk ayam sekalipun. Karena aku adalah orang nomor satu di negeri ini.

Pagi ini, aku berkesempatan menjadi seorang Jokowi, seorang Presiden Republik Indonesia dalam sehari. Tahukah apa yang akan aku lakukan dalam waktu 24 jam yang singkat ini. Aku akan membersihkan sampah  dan menanam pohon bakau di Ancol, mengajak masyarakat setempat untuk lebih peka dan peduli terhadap lingkungan. Selepas di Ancol, aku akan naik metromini menuju pasar tradisional, membeli sayuran, buah dan ikan hasil bumi Indonesia. Untuk aku santap makan siang di Warung Tegal sekitar pasar. Tidak cukup dengan ini, aku akan mengunjungi rakyatku yang tinggal di kolong jembatan kawasan kapuk. Aku akan ikut merasakan ketimpangan sosial yang jauh antara yang kaya dan yang miskin, dan mencoba membuat pemerintah di setiap kota di Indonesia dan orang kaya untuk membuka mata. Bahwa kemiskinan adalah tanggungjawab semuanya, bukan hanya tanggungjawab Presiden dan pemerintah pusat. Lagipula penggusuran yang hanya menyisakan penderitaan bagi masyarakat kecil, tak membuat solusi. Lapangan kerja yang merata disetiap daerahlah yang akan mengurangi perpindahan penduduk. Tentu dengan aturan yang tegas dan tidak memihak kelompok atau golongan.

Hari ini memang sangat melelahkan, tapi hari ini belumlah berakhir. Aku masih punya waktu hingga malam. Sore ini aku berencana naik KRL menuju Pasar Tanah Abang. Aku merasa perlu mengangkat produksi tekstil dalam negeri, khususnya pengusaha rumahan yang memproduksi barang tekstil yang sudah jadi atau setengah jadi. Untuk menjadi tuan di rumah sendiri, menurutku, negeri ini perlu menghargai dan menggunakan barang-barang produksi dalam negeri.

Setelah selesai dengan urusan tekstil dan produk dalam negeri. Aku akan bertolak ke Masjid Istiqlal untuk melaksanakan sholat maghrib. Kalau saja, semua umat beragama memahami maksud didirikannya dua tempat ibadah yang besar, yakni Masjid Istiqlal dan Katedral. Mungkin semua konflik agama yang terjadi di negeri ini tak akan terjadi. Saya akan mengadakan pertemuan sederhana antar pemuka agama di dalam Katedral dan begitu sebaliknya akan mengadakan di Masjid. Dan menunjukkan bahwa untuk melakukan kebaikan, orang tidak perlu tahu agama kita apa, karena yang dilihat adalah perbuatan kita. Agama semuanya baik, yang menodai agama adalah tindakan buruk pemeluk agama. maka agama tidak bisa disalahkan atas setiap kejadian yang dilakukan pemeluknya.

Terakhir, ketika semua sudah memahami apa yang aku lakukan dari pagi hingga malam menjelang. Aku akan mengadakan konferensi pers. ivermectin solubilisation for nuclear import Menjelaskan setiap maksud dari apa yang aku lakukan. Semuanya aku lakukan semata-mata untuk memberi contoh kepada rakyatku tentang kesederhanaan, perdamaian dan rasa menghargai. Yang paling penting dari kita sekarang adalah saling mendukung dan memajukan produk dalam negeri, budaya dalam negeri, menjaga keasrian lingkungan dan kebiasaan adat budaya kita yang menjunjung tinggi persatuan dalam perbedaan. Bila kita tidak bisa memanfaatkan kekayaan negeri kita sekarang, maka jagalah untuk anak cucu kita nanti.

Itulah hal yang aku lakukan dalam sehari, jika aku menjadi Presiden Jokowi. Karena kebaikan bukanlah hal yang bisa dinilai dari pembangunan atau materi. Kebaikan adalah keadaan yang membuat semua rakyat nyaman dan tenteram. Adanya rasa saling percaya antara pemimpin dan rakyatnya. Kebijakan negara yang menguntungkan bagi semua rakyat dari berbagai kalangan dan kelas. Maka akhir dari semua ini akan berakhir pada keharmonisan berwarga dan bernegara.

Penulis merupakan warga Nahdliyin yang beraktivitas di NU Care-LAZISNU Pusat