OpiniTelusur

Bun! Hidup Berjalan Dengan Hutangan

Oleh: Temposo Tebor*

Beberapa hari yang lalu saya ditelpon perihal pinjaman online (Pinjol), yang saya tidak tahu sama sekali nama pemakainya. Hal ini cukup mengganggu saya karena sudah terlalu sering di telpon perihal ini.

Hutang jaman dulu lumayan susah aktivitasnya. Harus ke bank dulu, buat surat ini itu serta punya jaminan. Pergi ke koperasi simpan-pinjam pun harus jadi anggota dulu. Paling susah di antara itu adalah pinjam sama tetangga, harus tahan malu dulu.

Jaman sekarang mau hutang sudah bisa online, lewat handphone. Tinggal download aplikasi, isi data, foto sama KTP saja sudah bisa cair. Hutangan online ini jadi lahan baru bagi mereka yang suka hutang dan menghutangi.

Yang hutang menjadi mudah ngutang karena tidak perlu ribet untuk mendapatkannya. Yang menghutangi berharap pundi-pundi dari bunga harian peminjam. Masalah hutang ini, menjadi salah-satu momok bagi silaturahmi antar manusia. Tidak sedikit silaturahmi jadi rusak akibat utang-piutang ini.

Keluarga, teman tongkrongan, rekan kerja, tetangga bisa jadi bermusuhan. Seringkali yang punya hutang jadi ganas daripada yang menghutangi. Waktu pinjam pasang wajah Hello Kitty, saat ditagih jadi Hulk!

Berkaca dari hutangan offline, hutangan online tidak seperti itu. Mereka lebih ganas dalam penagihan. Ada yang pernah sampai di hack no hpnya, ada yang di edit fotonya, banyak lah macam lainnya. Menurut hemat saya, Hutangan online ini adalah fans garis keras dari yang mulia almarhum Lord Meggy Z. Mereka berpegang teguh pada lirik “Kalau belum lunas mengapa tak menagih lagi”.

Hutang memang sudah mendarah daging, entah memang untuk kebutuhan atau keinginan. Coba yang baca tulisan saya ini tunjuk tangan, siapa yang BPKB-nya masih duduk di bangku sekolah? Siapa yang SK Pegawainya masih sama Bank?

Baca juga:  Terima Kasih Bahasa Indonesia

Ya! Mungkin 7 dari 10 orang di circle kita di posisi tersebut. Bagi mereka yang berpenghasilan dan pintar memanajemen uang, hutang itu adalah salah satu investasi. Kenapa jadi investasi? Kalo menabung kan kita menyisihkan uang kita demi hasil yang ingin dituju. Naaah… Kalau hutang sebaliknya, hasilnya kita dapat baru kita sisihkan uang kita. Bagi mereka yang mengerti manajemen ekonomi pasti paham betul konsep ini. Sebab ada yang namanya nilai uang dari waktu. Apakah uang 15 juta tahun ini, sama uang 15 juta pada 3 tahun yang akan datang? Jelas sudah tentu berbeda nilainya.

Tapi bagi mereka yang tidak berpenghasilan dan mempunyai jiwa konsumtif tinggi, hutang bisa jadi jurang yang dalam. Mau bayar pake apa coba? Makan sehari-hari aja masih hutang juga di warung. Jadi kalau memang tidak ada kemampuan untuk membayar, maka janganlah ngutang.

Tongkat kayu dan batu jadi tanaman kok di negeri kita ini. Fenomena Hutangan online ini jadi momok mengerikan bagi ekonomi kita, serius ini! Semakin banyak orang yang tidak bayar hutang, baik hutang di online maupun offline bisa mengganggu stabilitas negara.

Ekonomi negara kita bisa hancur karena orang yang hutang tapi tidak bayar. Maka dari sekarang coba lah ingat ingat lagi, warung mana yang kita belum selesaikan hutangnya. Cicilan kendaraan, cicilan kartu kredit atau rumah segera diselesaikan.

Hutanglah sesuai kemampuan saja, jangan mengikuti hawa nafsu. Iblis itu hanya berbisik, kita yang mengeksekusinya.

Penulis merupakan pelaku ekonomi baik yang kerakyatan, mengidolakan Bung Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Masuk dalam taraf radikal terkait mencintai mata uang rupiah, terutama dengan gambar duet legend Soekarno-Hatta.

Related Articles

Back to top button