Cara Mudah Boikot Orang, Pentingkah Cancel Culture?

Oleh : Aily

Fenomena cancel culture marak terjadi khususnya di media sosial. Budaya ini menjadi tak terpisahkan dengan adanya berbagai masalah yang dilakukan oleh figur publik yang membuat masyarakat kecewa.

Seperti di Korea Selatan, cancel culture sangatlah kuat, hingga satu skandal saja yang menghampiri para publik figur, netizen dengan cepat meminta mereka untuk keluar dari dunia hiburan dan ini menyebabkan efek beruntun, dari citra hingga karier mereka.

Tentang cancel culture, apa itu?

Cancel culture merupakan budaya untuk menghilangkan pengaruh atau memboikot seseorang akibat perbuatan, perkataan, atau karya mereka yang dianggap oleh masyarakat tidak sesuai dengan norma dan etika yang berlaku.

Dilansir The Private Therapy Cliniccancel cultureadalah bentuk evolusi dari istilah boikot yang selama ini sudah dikenal. Dilansir Time, fenomena ini muncul pertama kali saat kasus rasisme yang dilakukan The Colbert Report pada masyarakat Asia terjadi di Maret 2014.

Fenomena ini makin dikenal setelah adanya pergerakan #MeToo di Amerika Serikat, yang merupakan seruan terhadap maraknya kasus pelecehan seksual terhadap perempuan.

Cancel culture semakin masif pada tahun 2017 lalu, saat kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh produser ternama Hollywood, Harvey Weinstein terungkap ke publik.

Fenomena ini semakin kuat saat banyak pelaku pelecehan seksual dari kalangan publik figur muncul di permukaan. Ini membuat mereka akan ramai ditolak oleh masyarakat, baik untuk tampil lagi di hadapan publik, dan karya mereka akan diboikot.

Siapa saja yang bisa terkena cancel culture?

Sering kali para publik figur seperti artis dan tokoh terkenal yang rentan terkena cancel culture akibat berita kontroversial, namun tak menutup kemungkinan orang biasa pun mengalaminya. Cancel culture ini ibarat perilaku mengucilkan dan mengenyahkan seseorang dari kehidupan sebagai bentuk sanksi sosial.

Pentingkah melakukan cancel culture?

Cancel culture bisa membuat efek jera dan rasa sesal bagi yang menerima, diakibatkan dari perilaku buruknya. Bisa jadi membuat mereka tidak ingin mengulangi perilaku buruknya lagi. Orang-orang bisa menjadi aware mengenai kesalahannya di masa lalu,dan lebih berhati-hati ketika berhubungan dengan orang tersebut.

Namun hal ini juga memicu kontroversi lainnya, karena si pelaku atau tokoh yang terkena cancel culture sebenarnya sudah diproses secara hukum melalui pengadilan, sudah mendapatkan hukuman setimpal, sebenarnya itu sudah cukup dan tidak perlu ditambah dengan sanksi sosial.

Dampak cancel culture

Ketika seseorang melakukan perbuatan yang dianggap tidak sesuai, budaya ini membuat seseorang bisa saja kehilangan pekerjaan, karier, dan citra mereka. Kesalahannya di masa lalu selalu saja tertanam dan menghantui mereka sepanjang hidup.

Memang, budaya ini jika tidak bisa dikontrol bisa berkembang menjadi sangat berbahaya atau toxic, karena cancel culture memicu perilaku main hakim sendiri dan bullying di media sosial. Hal ini bisa berdampak pada rusaknya mental, membuat orang yang di-cancel tersebut merasa down dan tidak berguna.

Itulah beberapa fakta menarik dari cancel culture. Dilansir majalah Vogue, perilaku ini memang berbahaya bagi kehidupan sosial, karena cancel culture membuat masyarakat semakin terpolarisasi antara benar dan salah, sementara kubu netral tidak diizinkan untuk muncul.

Hal ini membuat orang-orang sulit memaafkan orang lain dan tidak mengizinkan seseorang untuk belajar dari kesalahan di masa lalu dan berubah. Kalau kamu, setuju atau tidak dengan adanya cancel culture?