CEGAH BULLYING DI SEKOLAH, UPTD PPA SAMARINDA: SISWA, GURU DAN WALI IKUT SOSIALISASI

Tujuannya tentu bersama-sama menekan angka kekerasan di sekolah

arusmahakam.co, Samarinda – Tindakan kekerasan di lingkungan pendidikan menjadi perhatian khusus Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) Samarinda saat ini. Dalam pencegahannya, siswa, guru dan wali murid diminta ikut hadir dalam sosialisasi anti bullying di lingkungan pendidikan.

Kepala UPTD PPA Samarinda, Violeta mengatakan memang saat ini bullying kian marak terjadi di ruang pendidikan. Termasuk juga di Samarinda.

“Kasus terbanyak di sekolah adalah bullying. Tapi bullying ini ada jenisnya, mulai dari bullying verbal seperti mengejek, memaki, menghina. Bullying fisik seperti memukul, menendang dan menampar. Bullying sosial yaitu menyebarkan rumor dengan cara mengajak orang lain untuk memusuhi atau menjauhi seseorang. Terakhir Bullying cyber seperti mencemarkan nama baik sampai berupa video intimidasi,” ucapnya.

Terkait upaya pencegahan yang dilakukan, lanjut Violeta, sosialisasi terkait segala bentuk tindak kekerasan, terutama kekerasan yang kerap terjadi di lingkungan pendidikan kerap dilaksanakan di setiap sekolah. Sasarannya tak hanya murid. Tenaga pengajar hingga orang tua siswa pun dilibatkan. Sebab, dalam pencegahan bullying harus melibatkan seluruh pihak. Selain itu, orang tua siswa juga wajib selalu memberikan arahan ke anaknya.

“Upaya yang disampaikan untuk sekolah maupun orangtua, bagaimana cara mencegah bullying. Caranya dengan mendukung minat dan bakat anak, membangun konsep diri yang baik, membangun rasa empati pada anak, ajarkan anak berkata tidak untuk hal negatif tentang kekerasan,” terang Eta sapaan akrab Violeta.

“Bahkan rapat kooordinasi kekerasan pada perempuan dan anak juga mengundang pihak sekolah, yaitu guru BK dan Kepala sekolah. Tujuannya tentu bersama-sama menekan angka kekerasan di sekolah,” tambahnya.

Dirinya berharap agar peran orang tua dan sekolah dalam pencegahan bullying bisa lebih maksimal. Sehingga, angka kekerasan di ruang pendidikan bisa ditekan.

“Dengan dukungan penuh dari orangtua dan sekolah kepada anak, maka anak akan jauh lebih patuh terhadap norma agama dan sosial budaya lingkungan,” tukasnya. (adv/dys/DKP3A)