Ditengah-tengah seliweran wajah manis kakek tua Lionel Messi, yang menghiasi berbagai pemberitaan di media massa atas kepindahannya ke Paris Saint-Germain (PSG). Tentu kita dikejutkan dengan unggahan di FB Tirta Kusuma Negara alias Cogan (Cowok Ganteng, red), yang bersikeras bertahan di Sendawar FC.
Tentu membandingkan dan memperbincangkan kedua bintang sepakbola dunia ini, amat pantas dilakukan. Karena pada sisi lain terlihat, Messi berusaha menunjukkan loyalitas pada Barcelona dengan tetesan air mata. Namun kenyataannya yang seperti kita ketahui bersama, ia tetap memilih pindah untuk dekat dengan menara Eiffel di Paris sana.
Sementara pada sisi lainnya, keberanian Tirta, atau biar lebih akrab kita sebut saja langsung dengan nama Cogan. Jelas bukan soal pundi-pundi keuangan yang membuatnya tetap gahar bertahan di Sendawar FC, namun soal loyalitas tanpa batas. Ia memiliki kesopanan yang luar biasa pada klubnya tersebut, bahkan harus sedikit menyembunyikan kepandaian lainnya seperti bermusik, menari, hingga mengaji. Harusnya nilainya dua kali nilai Messi dan Kylian Mbappe.
Bersama klub Prancis tersebut, Messi dipastikan mengenakan nomor punggung 30. Kenapa demikian! Dikabarkan dari orang dalam klub. Itu bentuk rendah hatinya La Pulga, pemain yang beberapa waktu lalu mengangkat trofi Copa America 2021.
Sejatinya bukan soal itu, namun soal senioritas. Walau lebih senior di Barca, namun ini adalah Stade Parc des Princes. Tentu lebih senior Neymar Jr , walau selalu ada junior yang melekat pada namanya. Yang jelas sebagai kakek tua, Messi memikirkan nasib tiga puluh anak keturunannya ketimbang hanya sekedar tujuh turunan. Visioner sekaleeeee…
Kembali pada sosok penyerang dewasa milik klub Sendawar FC. Cogan tidak membiarkan klub untuk membayarnya sedikitpun, terkecuali soal minum air isi ulang serta gorengan yang diberikan rutin setiap latihan maupun pertandingan resmi.
Cogan begitu senang dengan nomor punggung 11 miliknya. Karena menurutnya, itu dekat dengan ungkapan 11-12 aja kita-kita ini. Artinya ia bisa bermain dalam posisi apapun di klub, posisi pastinya tentu penyerang. Kadang diminta bantuan jadi gelandang serang, sedikit sekali dia bertindak sebagai pemain belakang.
Gajinya sebagai bankir maupun jobs tambahan di band Liur Baongan, jauh lebih dari cukup. Sendawar FC sebagai klub jelas beruntung sekali, namun ia selalu profesional walau tak dibayar. Cogan tetap mempertahankan idealismenya untuk tidak dibayar. Karena mencari uang di sepakbola bukanlah jiwanya, sepakbola adalah permainan manusia setengah dewa baginya. Tak layak untuk meributkan hanya sekedar pundi-pundi tak berarti itu.
“Sendawar FC bisa saja membayar gaji saya melebihi batas gaji di La Kubar (La liganya, disana). Namun saya tidak mau menjadi seperti itu, permainan sepakbola lebih dari sekedar olahraga. Ini adalah ladang pertunjukan yang menghipnotis semua orang di dunia. Saat tampil dilapangan hijau, terdengar gemuruh yang meneriakkan, Cogan! Cogan! Cogan!. Itu membahagiakan sekali, tak pantas saya meninggalkan klub terbaik di Borneo bagian barat ini,” jelasnya.
Hingga kini, jelas Cogan yang terbaik. Ia tidak menjual jasa sebagai pemain seperti halnya Lionel Messi, Cogan ingin selalu menjadi yang terbaik.
Tidak ada tepuk tangan meriah atas tetap bertahannya Cogan di Sendawar FC. Stadion Swalas Gunaq di Sendawar, Kutai Barat tetap hening ditengah PPKM Level IV yang kabarnya terus berlanjut.
Pemain berdarah Damai – Muara Pahu tersebut, tetap dikenal sebagai striker paling Joss dilapangan. Silih berganti orang-orang yang datang ke klub tersebut, Cogan tetap tak tergantikan.
Seperti ungkapan Cogan paling terkenal seantero sungai Mahakam, “Jangankan tongkang, gubang gin ku kokor,” tegasnya dengan wajah penuh arti. (Jun)