Dalam catatan sejarah gerakan yang dilakukan pemuda-pemudi hingga mahasiswa di Indonesia. Tercatat tiga peristiwa besar yang dipengaruhi peran besar kedua. Mulai dari , tahun 1908, 1974, hingga 1998 atau lebih dikenal gerakan reformasi.
Berbicara mengenai gerakan mahasiswa
di Indonesia, jelas bermula dari sikap kritis dan idealis yang tertanam lewat kegiatan kemahasiswaan dari dalam maupun luar kampus. Baik mulai dari perbincangan maupun diskusi kecil, yang membuat kecakapan, kemampuan, intelektualitas, serta kesetaraan membentuk jiwa pemimpin muda yang kritis. what does stromectol treat
Oleh sebab itu, gerakan jalanan mahasiswa dianggap sebagai perjuangan nasional. Tetapi dibalik semua yang saya sebutkan di atas, perlu diketahui pula. Gerakan mahasiswa bukan hanya sebatas gerakan aksi turun ke jalan semata, namun juga bisa berwujud dalam gerakan literasi.
Melihat kondisi negara Indonesia saat ini, belum lagi perihal pandemi COVID-19, yang tidak terjadi di negara ini saja, namun juga terjadi pada seluruh negara di dunia. Membuat gerakan jalanan bukan lagi menjadi perihal seksi, karena gerakan jalanan sangat kecil dapat dilakukan semeriah masa lalu.
Dengan adanya budaya literasi, seharusnya gerakan mahasiswa bisa dilakukan dengan merubahnya dalam gerakan tulisan. Apalagi kondisi indonesia saat ini, tentu sangat mendukung laju pergerakan literasi tersebut. ivermectin treatment for scabies
Gerakan ini pun bisa tembus nasional bahkan go to internasional, apalagi di dukung dengan media baca hari ini jumlahnya sangat besar sekali. Dan hal ini pun bisa menjadi langkah awal mahasiswa-mahasiswi dalam mengasah kegiatan literasinya.
Saya pun berharap kepada seluruh mahasiswa-mahasiswi yang ada di Indonesia atau pun di luar negeri. Agar bisa melakukan gerakan literasi tersebut sebagai sebuah gerakan bermartabat. ivermectin river blindness nobel prize Sehingga gerakan ini menjadi ciri khas budaya mahasiswa indonesia.
Mengingat pergerakan pada masa lalu, semua berawal dari kemampuan tulis para tokoh pemuda-pemudinya. Gerakan literasi yang luar biasa, ambil contoh nama-nama seperti Soekarno, Hatta, R.A Kartini, Ki Hajar Dewantara, Soe Hok Gie, Tan Malaka, Mahbub Djunaidi, semua merupakan penggerak literasi.
Sebagaimana puisi Wiji Thukul yang berjudul
“Puisi untuk adik”
apakah nasib kita akan terus seperti
sepeda rongsokan karatan itu?
o… tidak, dik!
kita akan terus melawan
waktu yang bijak bestari
kan sudah mengajari kita
bagaimana menghadapi derita
kitalah yang akan memberi senyum
kepada masa depan
jangan menyerahkan diri kepada ketakutan
kita akan terus bergulat
apakah nasib kita akan terus seperti
sepeda rongsokan karatan itu?
o… tidak, dik!
kita harus membaca lagi
agar bisa menuliskan isi kepala
dan memahami dunia
Tentu ciri khas puisi tentang Hak Asasi Manusia yang diserukan oleh Wiji Thukul dalam puisi tersebut memiliki bermacam arti. Namun saya harap dapat kita nikmati adanya, sebagaimana kata, “Kita harus membaca lagi, agar bisa menuliskan isi kepala. Dan memahami dunia”. Salam gerakan literasi.
NB: Penulis sehari-hari berprofesi sebagai
Barber profesional, bukan Batman. Menyambi sebagai mahasiswa dalam dunia nyata, di Universitas Kutai Kartanegara pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.