Guerilla Warfare, serta Ladang Juang M. Gustian

Arusmahakam.co, Kutim – Timah panas yang keluar dari karabin M1 menembus daging dan menewaskan Che Guevara pada 9 Oktober 1967 di La Higuera Bolivia, membuat api perjuangan revolusi tersebut memudar dan padam. Tidak sebagaimana yang terjadi ketika dirinya bersama Fidel Castro dkk, melakukan perlawanan lantas menumbangkan diktator bernama Fulgencio Batista. ..

Yang namanya revolusioner, ia tidak hanya bisa duduk manis dan diam walaupun memiliki jabatan yang luar biasa di Kuba. Che merupakan Direktur Bank Sentral Kuba, yang sebaiknya membuat ia bisa terus menggeliat bergerak dalam ranah lain.

Itulah sosok yang diidolakan Muhammad Gustian (24), Ketua Cabang Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Kutai Timur, Kalimantan Timur periode 2021-2022. Tentu tidak saja sosok El Comandante, ada pula sosok Abdurrahman Wahid alias Gus Dur Presiden Republik Indonesia ke-IV, hingga Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH. Said Aqiel Siradj.

“Teringat beberapa bulan sebelum Konferensi Cabang (Konfercab, red), pada bulan dimana kematian Che Guevara diperingati. Saya membulatkan tekad untuk maju dan membawa bendera besar yang namanya PMII. Bagaimanapun ini merupakan ladang juang, semacam guerilla warfare bagi saya yang mengidolakan tokoh revolusioner dan seorang dokter itu,” jelasnya saat ditemui arusmahakam.co

Hidup miskin tidak membuat Gustian menjadi lemah, bagaimanapun kenangan indah kebersamaannya dengan ibunya yakni Lusi Ariyanti dan bapaknya Alm Alfiansyah adalah bara semangat yang menguatkannya hingga kini. Agar tetap berjuang untuk hidup, serta mewujudkan cita-cita besar anak muda yang berasal dari Desa Tepian Langsat Kecamatan Bengalon ini.

Tinggal jauh dari keramaian kota apalagi limpahan penerangan cahaya lampu. Ia masih ingat suasana hangat bersandar cahaya lampu teplok. Membuat hidung orang-orang yang berada dekat lampu tersebut otomatis menghitam.

Bahkan pergi ke kecamatan Bengalon saja, menjadi perihal paling mewah bagi Gustian. Walau tidak mudah melewati jalan yang berlumpur tebal dan hanya ada sedikit bebatuan sebagai pengeras jalan. Namun itulah kebahagiaan, untuk anak-anak desa di pedalaman Kaltim pada zamannya.

Lulus Sekolah Dasar, Gustian melanjutkan SMP di Kota Samarinda dengan harapan dapat memperoleh pendidikan yang layak. Selepas itu, ia mengambil pendidikan Aliyah atau setingkat SMA di salah-satu pondok pesantren yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan.

Itu membuat kulturnya berubah tajam, yang semula begitu sosialis menjadi berlapis-lapis agamis. Sehingga ladang juangnya mengalami perubahan besar, karena mendalami kitab-kitab kuning dimana ada nama-nama ulama besar yang menentukan patron perjuangannya hingga saat ini.

“Ada nama Syekh Abdul Qadir Jailani, Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, KH. Said Aqiel Siradj, hingga Gus Baha. Walau kemudian semangat Che Guevara tetap jadi perihal lain, yang membantu saya untuk tetap berapi-api mewujudkan semangat juang membela kaum lemah dan tertindas,” ucap lelaki lulusan Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Sangatta ini. 1 bet

Memimpin PC PMII Kutai Timur merupakan ladang juang lanjutan baginya, selain kemudian juga mengajar di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Islam Nurul Hikmah. Karena memimpin bukan hanya sekedar mengedepankan ego pribadi, tetapi mengelola banyak karakter orang agar dapat berguna bagi organisasi. كم عدد القوارير في البولينج

Jelas ia tak mau berakhir tragis sebagaimana tokoh idolanya yakni Che Guevara, mati akibat peluru yang dilepaskan Sersan Mario Teran. Gustian tetap menaruh hormat pada El Comandante, dengan semangat juang yang begitu luar biasa. Namun ia harus memimpin dengan pemahaman medan juang yang terarah dan berkelanjutan. لعبة المتاهه

“Orang yang memimpin harus memahami medan juang dengan pola guerilla warfare. Jangan sampai memimpin dengan jumawa namun buta tuli atas medan juang organisasinya. Memimpin adalah memahami medan, dan paling penting bagi pemimpin setingkat cabang adalah proses kaderisasi yang terukur dan terarah. Untuk di PMII jelas dimulai dari tingkatan rayon, komisariat, hingga cabang,” tegasnya. (Jun)