OpiniTelusur

Hijrah ke Kota Raja

Oleh: R.J Warsa*

Peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-239 Kota Raja Tenggarong dalam beberapa waktu terakhir hingar-bingarnya begitu mengena ke setiap hati penduduknya. Bahkan tidak saja dirasakan masyarakat yang berada di dalam lingkup kecamatan Tenggarong namun juga diluar Tenggarong. Bukan semata-mata atas nama DNA “KUTAI”, namun sudah meluas atas dasar kedekatan yang beragam mulai dari cita-cita, cinta, cucok, hingga cuan.

Gemerlap lampu jembatan Kukar pada malam hari, tampak menjadi Point of Interest. Menyemangati derasnya arus mahakam yang memenuhi dinding sungai dengan tenang, seakan mempersilahkan Sang Naga menggeliat kecil dalam bak mandinya.

Perayaan tetap berlangsung di tengah pandemi yang belum usai, namun tak menyurutkan ruang-ruang gerak ekspresi pada laman FaceBook, Twitter, Instagram, hingga YouTube menyambut perihal kebanggaan atas HUT yang diperingati setiap tanggal 28 September.

Olah Bebaya yang berarti mendayung bersama, telah lama menjadi identitas keakraban bahkan menjadi mentalitas brotherhood di tanah Raja. Jauh sebelum muncul jargon-jargon ke-Etam-an alias Siapa Kita? Didengung-dengungkan oleh para penumpang perahu yang melintas di sungai maupun pelintas sepeda motor hingga mobil yang merayapi jalan seperti saat ini.

Di Tahun 1990-an kota ini amat tenang sekali, geliat wajah muda-mudinya tak merasa lelah mengayuh pedal sepeda untuk menuju ke ruang-ruang belajar yang tersebar di tiap-tiap sudut wilayah Tenggarong. Orang bersepeda dengan luar biasa, dengan memakai bermacam-macam seragam formal maupun non formal untuk beraktifitas dan tak sekedar berolahraga. dog dosage for ivermectin

Sebelum turap tersusun rapi di pinggiran sungai, banyak rumah-rumah penduduk, jamban, hingga pelabuhan kecil milik penduduk yang berjejer tak rapi namun amat vintage menjadi pemandangan yang lazim. Hingga kegiatan bermain dan berenang di pinggir sungai menjadi hal wajib yang menyenangkan semua orang, tentu dengan bonus berupa mencuci pakaian di air yang begitu berlimpah.

Baca juga:  Dapur! Jantung yang Menentukan Hidup Mati Keluarga

Soal olahraga ekstrem jangan ditanya lagi. Pada masa itu berenang tidak sekedar berenang, bahkan melarutkan diri di tengah derasnya arus mahakam. Paling asyik dimulai startnya dari Kampung Tanjong (kini sudah di relokasi) lalu menyentuhkan pijakan kaki di pinggiran Pulau Kumala yang saat itu masih kebun hingga semi hutan dengan berbagai mitos keci tentangnya. Lalu finish di pinggiran sungai pada area yang kini menjadi kantor Polres Kukar di arah menuju Loa Kulu.

Memasuki era Otonomi Daerah (Otda) pada medio 2000-an yang memasyarakat di seantero wilayah Republik Indonesia terutama bagi daerah yang selama ini jauh dari percepatan pembangunan. Kota Raja mendapatkan imbas yang luar biasa, perlahan tapi pasti itu yang mengerek tali kemajuan di daerah ini dalam arti luas.

Contoh kecil ialah perihal rumah, jamban, hingga pelabuhan kecil di pinggiran sungai mahakam yang berada di Tenggarong (tidak semuanya, namun yang kini jadi turapan tempat semua orang bisa nongkrong). Tiba-tiba direlokasi dengan konsep ganti untung, oleh Bupati Legend yakni Syaukani Hasan Rais. Itu menjadi salah-satu pijakan yang tak terpisahkan dalam merubah wajah kota ini. Dampak pembangunan luar biasa, bahkan Pulau Kumala yang terkesan mistis kini menjadi manis. Dan kita semua berharap salah-satu tempat wisata di Tenggarong tersebut tetap jadi ikonik dan laris. ivermectin for horses with mites

Kembali pada perihal ganti untung pada masa itu. Wajah-wajah masyarakat Tenggarong yang berada di pinggiran sungai pada masa itu, berbondong-bondong mendapatkan berkah atas doa-doa nenek dan kakek merasa di masa sebelumnya. Medio 2004 ramai “Orang Kutai Naik Haji”, sehingga sinetron “Tukang Bubur Naik Haji” yang dulu hits di televisi tidak ada apa-apanya. Karena yang menikmati jauh lebih banyak atas perihal itu, ketimbang hanya sekedar Mat Solar dan keluarganya.

Baca juga:  Kedinamisan dan Keluwesan Ajaran Islam

Tentu pembangunan tidak hanya berbicara tentang perihal yang saya sebutkan tadi, banyak hal terkait kegemilangan juga dirasakan oleh penduduk Kabupaten Kukar lainnya pada masa itu maupun masa sekarang. ivermectine acne Walaupun telat berbicara tentang HUT Kota Raja, tapi tiada mengapa. Toh ini masih dalam bulan yang sama, walau di tanggal akhir September. Besok gajian! Gasssskeeen.

Mengusung tema “Melalui Peringatan Hari Jadi Kota Tenggarong Ke-239, mari kita membangun Sumber Daya Manusia yang Berakhlak Mulia, Unggul, dan Berbudaya menuju Kukar Idaman”. Maka jelas apa yang menjadi fokus dari kota yang dapat disamakan dengan London di Inggris sana.

Bahwa membangun SDM tentu tidak saja hanya didapatkan dari bangku SD, SMP, hingga SMA sederajat. Namun harus ditunjang dengan infrastruktur pendidikan yang tidak hanya berupa hard infrastruktur namun juga soft infrastruktur. Tentu harus ada kampus negeri di Kota Raja ini, walau tidak mudah namun ini wajib dituntaskan.

Sebagai kota pariwisata yang ikonik di Bumi Kalimantan Timur, tentu Tenggarong merupakan kota yang bernuansa kota pelajar. Pelajar identik dengan pembentukan dan penguatan karakter Sumber Daya Manusia. Untuk itu tidak sekedar batu bara dan hasil tambang lainnya, sebagai penggerak utama ekonomi. Namun bagaimana menguatkan bahan bakar laju pembangunan dari sektor wisata dan pendidikan.

Perihal bagaimana menjadi mulia, unggul dan berbudaya, maka apa yang tidak menjadi support besar seluruh masyarakat Tenggarong pada khususnya dan masyarakat Kukar pada umumnya. Semua potensi itu telah memiliki dasar yang kuat, tinggal bergerak dengan keberanian dan penuh kesadaran.

Mari berdoa untuk semua agar menjadi mulia, unggul dan berbudaya. Serta menjadi berkah yang tidak saja untuk yang hidup tetapi juga untuk yang telah wafat. “Ya Allah, ampunilah mukminin, mukminat, muslimin, muslimat, yang masih hidup maupun yang telah wafat. Yang tersebar dari Timur hingga Barat, di darat dan di laut. Khususnya bapak, ibu, kakek, nenek, ustadz, guru, mereka yang telah berbuat baik kepada kami, dan mereka yang masih memiliki hak terhadap kami. Amin!

Baca juga:  Kelangkaan Solar, Hingga Akhir Tahun?

Kukar selalu menjadi idaman, jika semua potensi sebelumnya digarap serius untuk menunjang karakter kuat dari daerah ini. Walau tidak sesempurna kota pendidikan di wilayah Indonesia lainnya, namun minimal dapat mengcover arus utama pendidikan untuk wilayah Kabupaten/Kota di Kalimantan Timur. Tiada salahnya berharap besar dan memperjuangkannya. Sehingga mengundang anak-anak muda untuk hijrah ke Kota Raja yang tahun depan berusia 240 tahun. Biar kemampuan mereka merajai saat kembali ke kota asalnya.

Teringat lagu Hijrah ke London, milik The Changcuters. Namun kali ini saya ganti kata London-nya dengan Kota Raja. “Kau berkelana, ke negara sepakbola. Bukan Italia, bukan juga Argentina. Ditinggal cinta, buat aku tak berdaya. Gundah gulana, ingin aku menyusulnya. Dia jauh, aku rindu. Kota Raja, Kota Raja, ingin ku kesana pergi menyusulnya.”

NB; Penulis merupakan penikmat mie ayam dan nasi kuning, senang duduk di turap dan memandangi orang-orang yang mengayuh sepeda dengan riang gembira sembari berolahraga pada saat sore di Tenggarong.

Related Articles

Back to top button