NewsOpini

Image of The City dan Identitas Kota Cantik Palangka Raya

Oleh: Roma Librawan, SP, M.Si *

Kota Palangka Raya merupakan parameter kota-kota yang ada di Kalimantan Tengah karena kedudukannya sebagai Ibu Kota Provinsi. Sehingga sangat strategis dan memegang peranan penting dalam pembangunan regional, sebagai pusat pemerintahan, jasa, perdagangan dan pendidikan.

Salah satu aspek kuat yang menjadi branding suatu kota adalah citra kota. Ia jadi suatu gambaran khas yang melekat pada kota, menciptakan representasi kota bagi penduduk maupun pengunjung. Citra kota pada umumnya dipengaruhi oleh aspek fisik kota tersebut. البوكر

Dalam buku Image of The City, Kevin Lynch terungkap ada 5 elemen pembentuk image kota secara fisik. Mulai dari path (jalur), edge (tepian), distric (kawasan), nodes (simpul), dan landmark (penanda). Kelima elemen ini dirasa dapat mewakili cita rasa dari suatu kawasan dan memberikan citra yang kuat terhadap kota.

Berbicara mengenai Path secara mudah dapat dikenali, ia merupakan koridor linier yang dapat dirasakan oleh manusia pada saat berjalan mengamati kota. Struktur ini bisa berupa gang-gang utama, jalan transit, jalan mobil atau kendaraan, pedestrian, sungai, hingga rel kereta api.

Kedua Edges,  adalah elemen linear yang tidak digunakan atau dipertimbangkan sebagai path oleh pengamat. Edges adalah batas-batas antara dua wilayah, sela-sela linier dalam kontinuitas. Fungsi dari elemen ini adalah untuk memberikan batasan terhadap suatu area kota dalam menjaga privasi dan identitas kawasan, meskipun pemahaman elemen ini tidak semudah memahami paths.

Memudahkan pemahaman tentang path, dapat diambil contoh dengan keberadaan Kawasan Sebangau yang ditunjuk sebagai Taman Nasional melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.SK. 423/Menhut/II/2004 dengan luas 568.700 hektar.

Jika dilihat dari sisi letak, Taman Nasional Sebangau jadi serambi depan Provinsi Kalteng. Dimana jumlah lahannya mengambil porsi wilayah beberapa kabupaten/kota, dimana 48.270 hektar (10%) pada Kotamadya Palangka Raya. Lalu Kabupaten Pulang Pisau seluas 172.260 hektar (38%), dan Kabupaten Katingan seluas 348.170 hektar dengan kata lain porsinya mencapai 52 persen.

Baca juga:  Perihal Administrasi Emak-Emak

Ketiga ialah distric, elemen kota yang paling mudah dikenali setelah jalur. Mempunyai identitas yang lebih baik, batasnya dibentuk dengan jelas oleh tampilan dan dapat dilihat homogen, baik secara fungsi dan posisi. Kawasan permukiman sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan sesuatu yang lumrah dan menjadi budaya masyarakat di kalimantan. Di Kota Palangka Raya masih banyak dijumpai permukiman masyarakat di sepanjang sungai Kahayan.

Nodes sebagai elemen keempat, merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis. Yang arah atau aktivitasnya saling bertemu dan dapat diubah ke arah atau aktivitasnya lain. Misalnya persimpangan lalu lintas, stasiun, lapangan terbang, jembatan, kota secara keseluruhan dalam skala makro besar, pasar, taman, square, dan sebagainya.

Tidak setiap persimpangan jalan adalah sebuah nodes, yang menentukan adalah citra place terhadapnya. Nodes adalah satu tempat dimana orang mempunyai perasaan ‘masuk’ dan ’keluar’ dalam tempat yang sama.

Ambil contoh seperti Bundaran Besar Kota Palangka Raya, ia merupakan pusat kota (titik nol) dan pusat kegiatan pemerintah maupun swasta untuk beberapa kegiatan dan perayaan hari-hari besar. Sedangkan taman Tugu Soekarno merupakan kawasan taman situs sejarah berdirinya Kota Palangka Raya yang diresmikan Presiden Pertama Republik Indonesia Ir. Soekarno pada Tanggal 17 Juli 1957.

Elemen terakhir adalah Landmark, merupakan titik referensi seperti elemen node, tetapi orang tidak masuk didalamnya karena bisa dilihat dari luar letaknya. الاونو Landmark adalah elemen eksternal dan merupakan bentuk visual yang menonjol dari kota. العب مجانا Beberapa landmark letaknya dekat, sedangkan yang lainnya jauh sampai di luar kota.

Landmark biasanya merupakan benda fisik yang didefinisikan dengan sederhana, seperti bangunan, tanda, toko, atau pegunungan. Landmark dapat terlihat dari banyak sudut dan jarak dan dapat digunakan sebagai acuan orientasi.

Baca juga:  Puluhan Warga Maluhu Ikuti Ruqyah Aswaja

Bundaran Besar Kota Palangka Raya merupakan landmark pertama sebelum dibangunnya jembatan Kahayan. Fungsi dari bundaran besar sama seperti alun-alun apabila di daerah Jawa. Segala sudut konsep bangunannya memiliki filosofi yang berkaitan dengan sejarah dan kondisi alam Kalteng.

Jembatan Kahayan lantas menjadi landmark yang artistik sekali. Karena bentuk lengkungan dan warna merahnya yang menyolok membelah sungai. Keberadaannya semakin sentral ketika Pemerintah Kota Palangka Raya semakin gencar membangun DAS Kahayan sebagai kawasan Water Front City. (jun)

NB; Penulis merupakan Kepala Seksi Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kota Palangka Raya. Lulusan S2 Arsitektur Lanskap di Institut Pertanian Bogor (IPB).

Related Articles

Back to top button