Indonesia Menambah 9 Perusahaan Unicorn Selama Pandemi

Ada gelombang pertama unicorn seperti Go-Jek, Tokopedia dan Traveloka sebelum 2020. Sekarang, ada lebih banyak perusahaan seperti itu termasuk JD.ID, Xendit dan Akulaku.

Arusmahakam.co, Jakarta – Kehidupan Vanessa Soetedja tidak pernah sama lagi sejak pandemi COVID-19 melanda Tanah Air pada Maret 2020.

Eksekutif pemasaran berusia 29 tahun itu mengatakan sebagian besar waktunya sekarang dihabiskan di rumah karena dia dapat bekerja dari mana saja, datang ke kantor hanya sekali seminggu untuk pertemuan dengan timnya. Dengan lebih banyak waktu di tangannya, dia memutuskan untuk mengejar gelar master, kelas yang diadakan secara online.

“Saya melakukan semuanya di rumah saat ini, bekerja, sekolah, bahkan berbelanja pakaian, membeli bahan makanan dan membayar tagihan. Ini adalah kenyamanan seperti itu. Semuanya bisa dilakukan secara online,” kata Soetedja

Pandemi dan pembatasan aktivitas berikutnya telah memaksa jutaan orang Indonesia untuk mengubah gaya hidup mereka dan beralih ke teknologi untuk membantu aktivitas mereka sehari-hari.

Ini berarti bahwa beberapa perusahaan teknologi di negara ini melihat pertumbuhan yang luar biasa bahkan ketika Indonesia menghadapi resesi antara pertengahan 2020 dan awal 2021 ketika ekonominya mengalami kontraksi sebanyak 5 persen.

Indonesia menambahkan sembilan unicorn (perusahaan rintisan dengan valuasi lebih dari US$1 miliar) selama pandemi, sehingga jumlah total unicorn di negara ini menjadi 13, menurut portal berita teknologi.

Lima platform e-commerce pertama di Indonesia: Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, Bukalapak dan OVO mencapai status unicorn sebelum pandemi antara tahun 2016 dan 2019. Go-Jek dan Tokopedia kemudian bergabung membentuk GoTo pada tahun 2021.

Di antara daftar unicorn baru adalah gateway pembayaran Xendit dan perusahaan investasi Ajaib yang keduanya mencapai status pada tahun 2021 serta perusahaan pemberi pinjaman Akulaku yang menjadi unicorn pada bulan April.

Sementara itu, platform e-commerce JD.ID resmi menjadi unicorn pada Februari 2020, tepat saat virus corona mulai menyebar dari satu negara ke negara lain.

Unicorn baru lainnya termasuk platform e-commerce Blibli, platform pemesanan tiket Tiket, perusahaan pemberi pinjaman Kredivo, perusahaan kurir J&T dan rantai kopi Kopi Kenangan.

Indonesia juga mengalami kebangkitan decacorn (perusahaan bernilai lebih dari US$10 miliar) ketika super-app Go-Jek bergabung dengan raksasa e-commerce Tokopedia untuk membentuk GoTo pada Mei 2021.

Dengan populasi 270 juta orang, Indonesia selalu menjadi lahan subur bagi perusahaan teknologi yang ingin mengatasi apa pun mulai dari layanan transportasi yang menyedihkan, biaya logistik yang tinggi hingga kurangnya akses ke bank konvensional.

Tetapi dengan hanya 4 persen dari populasi yang memiliki akses ke internet broadband tetap sementara sisanya terhubung ke layanan internet seluler yang terkadang tidak merata, adopsi teknologi digital berjalan lambat.

Ini semua berubah ketika pandemi terjadi yang memaksa semua orang untuk melakukan banyak kegiatan sehari-hari mereka di rumah.

Menurut survei yang dilakukan oleh perusahaan teknologi Hootsuite dan firma riset We Are Social, antara Januari 2020 hingga Januari 2021, terdapat 27 juta pengguna internet baru di Indonesia. (can/idn/amc)