Jamrud, Justify, dan Sumba Barat

Ombak halus menyapa bibir pantai dengan ritme santai pada pagi yang cerah dipecah oleh suara anak lelaki yang menyanyikan lagu Ningrat – Jamrud. Muhammad Usmansyah Isman alias Mujis, terobsesi menjadi vokalis rock seperti Krisyanto dengan suara berat-berat berdahak kencang.

Perkenalan dengan musik rock berlangsung dari album pita kaset plus ketambahan VCD bajakan yang menampilkan cover grup band rock idolanya tersebut, walau memang didalamnya memunculkan beberapa klip yang gambarnya awut-awutan ditambah suasana kebun binatang. Haaaaaa… Itulah kenyataan pada masa itu, apalagi anak-anak di daerah yang tumbuh dalam komposisi kehidupan nyaris dekat kemelaratan.

Mujis bukanlah vokalis grup band rock papan atas Indonesia, bukan pula vokalis seperti vokalis khas daerah Nusa Tenggara Timur yang memiliki ciri khas musik dekat dengan ballad pop maupun musik daerah.

“Saya mencintai Jamrud dan God Bless, sebagai band rock papan atas di Indonesia dengan masa keemasan yang memiliki jarak bertaut waktu tepat. Walaupun anak-anak di NTT familiar dengan Metallica, Guns & Roses, hingga White Lion. Namun sejatinya mereka tetap anak-anak pantai seperti saya, dan dekat dengan Bob Marley saat semua badai kehidupan masuk menerpa,” ucap Mujis.

Perubahan besar terjadi saat ia kemudian merantau ke Jawa Timur, untuk melanjutkan studi Strata I di Universitas Islam Malang (Unisma). Ia makin dekat dengan komunitas yang mensupport keinginannya bermusik. Karena beragam manusia-manusia dari seluruh daerah di Indonesia bercampur dalam kawah candradimuka civitas akademik di Kota Malang.

“Saya suka musik itu sejak SMA. Tetapi keinginan memiliki grup band terwujudkan ketika kuliah, dan tergabung dalam grup band Justify. Sebuah band yang anggotanya berjumlah enam orang termasuk saya, semuanya anak-anak fakultas hukum Unisma angkatan 2006,” ujarnya mengingat masa itu.

Ada dua vokal yang mengisi Justify, yakni Wandi dan dirinya, lalu ada Soleh dan Galih pada gitar, Roni pada bass, serta drum diisi oleh Sinyo. Walau anak musik, mereka juga ternyata juga aktivis pergerakan, yang tergabung pada Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di Rayon Al-Hikam Komisariat Unisma.

“Selain di Justify, saya juga tergabung pada grup band lainnya. Diantaranya Carburator Band beraliran musik rock alternatif, Swanggy beraliran rock alternatif, Judge from Inverno beraliran Hard Cord, serta Almera yang beraliran rock progresif. Beruntungnya dari kelima band tersebut, saya tetap didapuk menjadi vokalis,” ucapnya sembari tertawa terbahak-bahak saat ditanyai Arusmahakam.co

Geliat musik terus tumbuh dalam jiwanya, walaupun kini ia telah memiliki satu orang anak dan istri yang kini telah hamil lagi. Ia berada jauh dari pusaran arus musik yang menjamah wadah-wadah utama geliat musik itu sendiri. Pada suatu siang di Sumba Barat, NTT, ia memberanikan diri membuat video klip lagu untuk channel YouTube-nya dengan lagu “Satu Pertiwi”.

“Lagu ini tercipta lewat sebuah renungan dalam saat melihat kondisi bangsa pada tahun 2008. Liriknya syarat akan makna dan pesan penting bagi bangsa ini, agar kembali membangun kejayaan dan terhindar dari perpecahan. Ia mensucikan jiwa dan mensucikan hati,” ujarnya.

Walau sebenarnya kesedihan muncul di wajah Mujis saat membuat video klipnya. Karena teringat sahabat-sahabat di Justify yang harus terpisah pada 2010 lalu. Bukan karena pertikaian maupun segala perihal mengenai jetlag anak-anak musisi. Namun karena harus kembali ke daerah masing-masing dan kembali melanjutkan hidup sebagai orang biasa. how to use ivermectin paste for humans

Pada masa itu ia dan sahabatnya disambut bahagia oleh orang tua masing-masing karena berhasil membawa gelar Sarjana. köp ivermectin sverige Namun dalam hati yang paling dalam, mereka bangga karena telah berhasil membawa karya berupa lagu yang sudah direkam pada 2009. “Itu kenangan dan kebanggan bahwa dalam bermusik maupun sebagai aktivis, kami tidak mengecewakan. Video klipnya juga untuk mengenalkan keindahan alam Sumba Barat,” ungkapnya sembari memandang laut.

2015 lalu ia kembali ke Kota Malang dan merekam ulang versi vokal solo, dengan tidak merubah aransemen musiknya. Pada tahun 2021 ini ia kemudian memberanikan video klip dengan latar belakang pesona alam Sumba Barat. Videonya dapat dilihat di channel YouTube https://youtu.be/TZ_fMiTD7dg

Lagu ini masih sangat relevan pada masa sekarang, ditengah berbagai hal-hal yang indah di Indonesia. Namun tetap saja masih ada sesuatu yang perlu dibenahi seperti korupsi, kesenjangan sosial, kemiskinan, dan lain-lain. Tugas anak bangsa untuk terus merawat idealisme di tengah berbagai gelombang oportunisme. ivermectin injection rabbits (Dps)