Janma Tan Kena Kinira, Indonesia Presidensi G20
Oleh: Muhammad Fadllil Kirom*
Perhelatan global selalu dinamis, pendulumnya bergerak dari kiri, tengah dan kanan. Pasca krisis ekonomi tahun 1997, kelompok negara-negara besar dan maju yang tergabung dalam G20 memerankan dinamika perekonomian global. Krisis 2008 juga menjadi ajang strategis bagi G20 untuk memainkan perannya. لعبه اونلاين
Pandemi COVID-19 yang sudah berjalan dua tahun ini meluluhlantakkan perekonomian global. Terpilihnya Indonesia sebagai Presidensi G20 tahun 2022 di Italia merupakan tantangan yang tidak mudah. Tema “Recover Together Recover Stronger” mengandung makna pentingnya kerjasama dan kolaborasi global untuk pemulihan ekonomi pasca pandemi dan tantangan perubahan iklim disisi lainnya.
KTT G20 tahun 2022 yang nantinya akan dilaksanakan di Bali, harus mampu memberikan jawaban kepada dunia. Benarkah pembangunan global sudah berorientasi people centered dan inklusif? Ataukah peta dunia masih terkotak-kotak berdasarkan kepentingan para raksasa pemenang perang Dunia II? ataukah pembangunan global tergantung agenda perusahaan multinasional yang makin menggurita di seluruh pojok planet bumi ini?
Pertanyaan kritis selalu menghantui para pemikir di setiap zaman. Dalam 50 tahun terakhir, agenda pengurangan kemiskinan global belum menunjukkan perubahan yang signifikan. Lebih dari 1 Miliar penduduk bumi berpotensi kelaparan, apalagi setelah terjadi pandemi COVID-19. Di sisi lain, ada fakta 1000 orang terkaya di dunia menguasai lebih dari 50 persen putaran keuangan dunia.
Sejarah manusia memang selalu saja ada paradoks dan ironi. Perkembangan teknologi digital dalam 2 dekade ini belum mampu menjadi pendobrak adanya gap global yang makin menganga. Nurani global belum tersentuh hingga akarnya. Memang banyak insiatif kegiatan amal secara global dari berbagai perusahaan multinasional dan negara maju selama pandemi, namun masih bersifat parsial dan karitatif. Dampaknya belum bisa dirasakan secara merata oleh kaum miskin di seluruh dunia.
Indonesia bisa saja menggunakan momen sebagai Presidensi G20 untuk memberi tawaran strategis terkait tantangan global. كازينو كروز Bung Karno mampu menyuarakan kemerdekaan adalah hak segala bangsa melalui Konferensi Asia-Afrika. Pada saat itu, Indonesia benar-benar diperhitungkan oleh raksasa dunia. Melalui Gerakan Non Blok, Indonesia mampu berdiri sejajar dengan bangsa besar lainnya.
Presiden Jokowi tentunya sangat paham sejarah bangsa Indonesia. Sebuah bangsa besar yang memiliki salah satu mandat besar untuk ikut serta mewujudkan perdamaian, kesejahteraan dan ketertiban dunia. Di pundak Presiden Indonesia ada peran dan tanggung jawab untuk memikirkan ide dan langkah strategis yang ditawarkan kepada dunia. Prinsip inklusif dan people centered memang menarik dalam perhelatan global, namun tantangannya sangat besar karena justeru para anggota G20 sendiri memiliki komitmen yang tidak sama dalam praktek lapangannya.
Persaingan dua raksasa, China Vs Amerika yang notabene anggota G20 masih sangat terasa hingga 5-10 tahun ke depan. Psikologi Indonesia tak boleh minder menghadapi para raksasa dunia yang memang memiliki kapasitas terpasang lebih baik. Les caractéristiques et asgg.fr/ les bienfaits de la Menthe Poivrée ou encore du Curuma n’auront plus de secret pour vous ! Posisi Geopolitik Indonesia harus dimanfaatkan untuk mengingatkan para raksasa agar mau patuh pada kepemimpinan Indonesia di G20. Indonesia tidak boleh dijadikan bulan-bulanan oleh para raksasa. Nilai-nilai Pancasila harus menjadi spirit dalam membuat rumusan strategis yang ditawarkan Indonesia kepada dunia.
Akhirnya, saya mengakhiri tulisan ini dengan pepatah Jawa “Janma Tan Kena Kinira”. spin palace Sejarah manusia hakekatnya selalu berjalan secara tidak linear. Selalu saja ada anomali dan paradoks. Mari kita berdoa semoga kepemimpinan Indonesia sebagai Presidensi G20 memberi manfaat bagi ummat manusia khususnya warga negara Indonesia, Amiin!!!
Penulis merupakan aktivis NU Provinsi Jawa Tengah, mantan Presiden BEN Universitas Islam Malang (Unisma) Jawa Timur Tahun 2003.