Arusmahakam.co, Jakarta – Ketua Komisi VII DPR RI Sugeng Suparwoto prihatin terjadinya konflik bersenjata antara Rusia dan Ukraina. Ia menegaskan, apapun alasannya penggunaan militer tidak dibenarkan.
Selain itu konflik Rusia tersebut juga menimbulkan implikasi atau dampak bagi negara-negara lain, termasuk Indonesia. Di antaranya harga energi yang meningkat tajam, dimana gas bumi mencapai 775 dolar AS per metrik ton. Sementara harga minyak dunia per hari ini mencapai 130 dolar AS per barel. Sehingga membuat Pertamina menaikkan harga BBM non-subsidi.
“Rusia penyumbang minyak dunia terbesar di luar OPEC. Hampir 30 persen minyak dunia dari Rusia. Dengan adanya konflik ini tentu berpengaruh terhadap harga minyak dunia. Belum lagi, berbagai proyek kerja sama di bidang energi antara Rusia dan Indonesia. Akibat konflik tersebut, barat melakukan banned produk Rusia. Hal ini mungkin saja ikut terkena imbas. Salah satunya proyek Pertamina Rosneft di Tuban, Jawa Timur. Saya berharap proyek ini terus jalan dan tidak terpengaruh konflik Rusia,” papar Sugeng usai menerima Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Georgievna Vorobieva di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Senin (7/3/2022) lalu.
Oleh karenanya, politisi Partai NasDem ini berharap, agar ada dialog antara kedua belah pihak. Sehingga konflik Rusia-Ukraina dapat segera disudahi, dan perdamaian pun dapat kembali tercipta.
Meski sempat dikatakan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin bahwa target serangan Rusia sejatinya hanya militer Ukraina, namun tidak dapat dipungkiri serangan itu juga mengenai warga sipil yang tidak bersalah.
Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Lyudmila Georgievna Vorobieva menjelaskan Rusia terpaksa mengambil jalan tersebut didesak situasi terpojok. Dimana eskalasi kekuatan Barat, dalam hal ini NATO, yang membangun afilliasi dengan Ukraina. Berkali-kali Rusia memberi peringatan terhadap Ukraina, agar jangan sampai ada militerisasi yang berjarak hanya beberapa miles dari Moskow.
Tapi peringatan itu diabaikan dan tetap dibangun kekuatan barat secara terang-terangan. Di antaranya dengan dikirim peralatan militer, latihan militer antara Ukraina dan NATO. Hal ini menunjukan Ukraina menjadi bagian dari Barat untuk merongrong kewibawaan Rusia. (ayu/sf)