Melihat Pendulangan Intan di Cempaka

Catatan; Safariyansyah

Arusmahakam.co, Kalimantan Selatan – Pagi ini wilayah Kota Banjarbaru masih diselimuti gerimis. Awan hitam pun masih terlihat begitu tebal, saat hujan benar-benar berhenti. Kini sisa guyuran hujan membuat tanah menuju lokasi pendulangan (penambangan, red.) intan di Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan cukup berlumpur.

Pendulangan intan! Aktivitas ini bisa dipastikan tidak akan lepas dari sebuah perkampungan bernama Cempaka. Dahulu sebelum pemakaran wilayah yang saat ini bagian dari Kota Banjarbaru adalah aset kebanggaan Kabupaten Banjar sebagai kawasan pendulangan intan tradisional.

Wilayah ini sudah begitu tersohor sebagai salah satu pusat pendulangan batu mulia. Konon, aktivitas eksploitasi intan di daerah ini sudah ada sejak zaman kolonial.

Banyak cerita penemuan intan yang membuat gempar warga Kampung Cempaka. Salah satunya pada tahun 1965 ketika ditemukan sebuah intan seberat 166,75 karat tepatnya di Pendulangan Pumpung, Sungai Tiung. Intan ini kemudian diberi nama Trisakti oleh presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno.

Cerita tersohor Intan Trisakti yang saat ini lebih dikenal sebagai legenda itu benar-benar melekat dalam cerita masyarakat Banjar, utamanya masyarakat Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru. Cerita  tinggal cerita toh aktivitas pertambangan intan tradisional di Cempaka tetap berlangsung sampai sekarang.

“Lokasi yang didulang  itu-itu saja. Kalau sekarang lokasinya ada di Kelurahan Sungai Tiung. Ada tiga lokasi yang terkenal, yakni lokasi pendulangan Ujung Murung, Sungai Runtai dan pendulangan Pumpung,” ujar Hadi, warga Cempaka saat mendampingi penulis ke lokasi pendulangan, Jumat, 2 Juli 2021.

Sekadar diketahui, pendulangan intan Cempaka adalah lokasi pendulangan batu intan dan emas yang diolah secara tradisonal yang berada di Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan. Lokasi ini hanya berjarak sekitar 47 km dari Banjarmasin, atau sekitar 7 km dari pusat Kota Banjarbaru.

Lokasi yang menjadi tempat mendulang bisa mencapai kedalaman 15 meter. Para pendulang bisa menghabiskan waktu seharian di sana dengan mengandalkan alat yang disebut linggangan, berbentuk kerucut seperti caping terbalik dan terbuat dari kayu. Untuk mengambil air dan mencuci hasil temuan digunakan pompa air listrik. Pendulang biasanya bekerja dalam kelompok terdiri dari dari 10 sampai 15 orang.

Selain penemuan penemuan intan melegenda, lokasi-lokasi pendulangan intan Cempaka juga sarat dengan cerita-cerita duka. Tidak sedikit insiden longsor yang terjadi di lubang-lubang pendulangan dan korban jiwa pun berjatuhan.

Teranyar, Kamis 1 Juli 2021 insiden longsor kembali terjadi di lubang pendulangan Sungai Runtai, Kelurahan Sungai Tiung. Dalam kejadian itu, seorang pendulang meninggal dunia, sementara 4 pendulang lainnya terselamatkan.

Sebelumnya, peristiwa lebih tragis terjadi di tahun 2019, tepatnya pada Senin, 8 April 2019. Lima pendulang meninggal dunia akibat tertimbun longsor. Hanya dua pendulang yang selamat.

Begitulah realita mendulang intan di lubang-lubang legendaris. Saat intan berhasil didapat suka cita tersaji di sana. Sebaliknya, ketika ada korban jiwa duka sangat terasa di Cempaka. Utamanya di sekitar tempat tinggal korban.

Artikel ini telah tayang di
https://klikkalimantan.com/16812/melihat-pendulangan-intan-di-cempaka/