Judul di atas bukanlah sesuatu yang penting untuk dikhawatirkan oleh kawan-kawan ketika membacanya saat ini. Namun akan sangat penting jika kawan-kawan yang mulia dan masih menjadi MAHA-siswa, telah merencanakan cita-cita luhur untuk mengatur langkah pasca menempuh pendidikan Strata 1 (S1).
Sebagaimana keputusan (decision) yang berarti, hasil dari membuat pilihan di antara beberapa alternatif pilihan. Sedangkan istilah pengambilan keputusan (decision making), menunjuk pada proses yang terjadi sampai keputusan itu tercapai.
Pada saat toga terpasang dengan gagahnya, maka penting untuk kemudian mengambil keputusan yang mutlak alias absolute. Demi memenuhi kemauan untuk menjadi pribadi yang berkompeten di bidangnya masing-masing, dan pada masa dunia begitu millenial maka amat bergantung dengan keilmuan yang terarah pada bidangnya. Sesuai kebutuhan zaman tentunya.
Hal ini di karenakan untuk memenuhi kebutuhan hidup, sebagai salah-satu contoh pada dunia pekerjaan misalnya. Tak menutup kemungkinan, bahwa keilmuan yang sudah di bangun sejak proses awal pendidikan akan membantu kawan-kawan dengan baik dan mampu meminimalisir kesalahan yang bisa saja terjadi.
Saat ini pemahaman-pemahaman yang di peroleh tentunya sangat layak dan bagus untuk setiap jenjang pendidikan bagi yang sudah menjalaninya. Hanya saja, tinggal bagaimana caranya kawan-kawan yang kaum muda luar biasa mampu menerapkannya. Sehingga pemanfaatan keilmuan tersebut, dapat seimbang dengan penerapan aplikasi keilmuawan dilapangan.
Meninjau kembali, keilmuan yang sudah terstruktur secara berdasar tak menutup kemungkinan bahwa pada penerapannya akan berbeda jika hanya diperoleh sebatas materi. Problematika yang di hadapi saat ini ialah membentuk keseimbangan antara materi dan eksekusinya. Yang mana diperolehnya proses untuk akselerasinya tersebut masih minim.
Kurangnya pemahaman atas permasalahan kawan-kawan muda tersebut, membuat keonaran-keonaran tanpa target yang jelas. Akan membenturkan kawan-kawan muda dan kawan-kawan tua pada proses pengulangan alias membangun kesuksesan mulai dari nol. Tentu kawan-kawan muda dan kawan-kawan tua di belahan bumi lainnya tertawa terbahak-bahak, karena melihat kita mengulang bangunan kesuksesan dari awal. Mereka terus melaju bahkan menetap di Mars.
Secara kedekatan sosial banyak hal yang hanya sekedar ungkapan, terkait hal hal tersebut. Minimnya tingkat kesadaran bagi kaum muda yang terjebak pada situasi itulah, maka perlu disadarkan. Bahkan sejak awal proses pendidikannya di mulai, atau saat berada ditengah-tengah penyelesaian pendidikan S1.
Untuk itulah kawan-kawan yang masuk starata kaum muda, harus lebih bijak dalam menentukan pilihan dalam hal pendidikan. Lebih tegasnya untuk pengambilan keputusan pendidikan lanjutan dengan spesifik keilmuwan yang terukur, jelas, sesuai sasaran tembak dalam pijakan awal menikmati ombak kehidupan.
“Penyesalan selalu di akhir”, tentu dengan cara mengambil sikap untuk menentukan apa yang dinginkan harus tercapai sesuai proses yang wajar karena telah diminimalisir. Mengingat menentukan sikap dalam pengambilan keputusan pasca menyelesaikan pendidikan S1.
Sebagai anak-anak muda usia belia dengan jiwa bijak bestari, maka menentukan langkah-langkah yang terarah sesuai keinginan hati nurani bin jiwa paling dalam. Penting membentuk karakter jiwa dengan menemukan mentor yang tepat dan bukan abal-abal, sebagaimana banyaknya iklan yang menyebutkan seorang manusia sebagai orang pintar namun kenyataannya dukun.
Karena pintar bukanlah hal praktis, sebagaimana jika memang sakti maka harus menunduk selayaknya padi yang menguning dan berisi penuh, pada sawah yang terhampar luas diantara lubang-lubang tambang. Agar kaum muda mampu meminimalisir kesesatan dalam berproses maupun berfikir dan tanpa menimbulkan korban-korban baru baik yang terdampak secara ekonomi, sosial, budaya, hingga pendidikan.
Ibu Kota Negara (IKN) kelak berada di Bumi Kalimantan. Namun ingat baik-baik, jika kita tidak lantas secara otomatis masuk kedalamnya sebagai penghuni IKN, sadarlah kita hanya tetangga. Kalaupun mau masuk menjadi penduduknya, maka tingkatkan segala persyaratan kuat untuk menjadi penduduk IKN. “Sejahat-jahatnya ibu tiri, masih jahat dan kejam Ibu Kota“.
Penulis merupakan lelaki muda memudar dewasa, mahasiswa Universitas Kutai Kartanegara, Fakultas Hukum. Seringkali tertidur manis pada sebuah rumah yang sederhana bak rumah Keluarga Cemara, di L3 Blok A Dusun Bangun Rejo II, Desa Bangun Rejo, Kecamatan Tenggarong Seberang.