“Modar e” Gus Mesum

Oleh : Muh. Ridwan Zein

Aku teringat pada sebuah kisah yang dulu pernah aku tulis, sebuah cerpen humoris yang keluar mengalir begitu saja dari otakku.  Nah, hari ini mumpung ada netbook nganggur (padahal tiap hari juga nganggur sih netbook-nya, tapi baru sekarang niat nulis J) .

Ya sudah, langsung saja ah…

Tak terasa telah dua tahun, -anak pertama dari seorang kyai kampung yang tersohor- lulus dari Madrasah Aliyah. Dan dia masih duduk di bangku kuliah semester 5 (Wah 2 tahun lagi lulus-kalo tepat waktu..hehe).   Dia (masih sama seperti dulu, disebut “Gus Mesum” …haha). Dia sekarang lebih menjaga sikap, mungkin karena sudah punya adik kelas (wedeeeh… jadi senior sekarang Bang…hehe). اونو عكس الدور “lho .. ya iyalah.. kan udah gede (tua mungkin, maksudnya bung..haha), ya harus jadi contoh yang baik buat adik2nya…” (horreee.. akhirnya, Gus Mesum waras juga,, kekekekeke).

Gus Mesum yang sering Celelekan, yang terkesan sudah kehilangan urat malu-nya. Sekarang dia sadar, bahwa dia harus bangun dari mimpinya, segera bangkit dan berhenti  main-main. Dia mulai menyadari bahwa kuliahnya sebentar lagi akan selesai. Mulanya dia ingat akan KKN, yakni Kuliah Kerja Nyata yang di jalani teman-temannya. Dia melihat teman-temannya sibuk mempersiapkan persiapan KKN, seperti mencari dana, merencanakan konsep acara, juga tempat KKN yang akan di tuju.

Di lain cerita, temen Gus Mesum yang baru semester tiga bertanya,

“gimana, sampean udah punya rencana judul skripsinya sampean..?? (ngomongya yang medok, memperlihatkan kalo dia orang jawa. Walaupun ngakunya lahir di Jakarta..hehe).

“duh, aku malah belum kepikiran sampe situ yak…” jawab Gus Mesum sambil nyengir.

Tapi suweer dah, dalam hati kecil Gus Mesum yang terdalam, ia iri dan malu sama bocah itu.

Kata temen Gus Mesum,

“aku udah mikirin judul skripsi ketika masih semester satu. Sekarang aku semester tiga, sedang mempelajari tehnik penulisan untuk skripsi. القمار الإلكتروني ” (buseeet dah.. rajin amat, tuh bocah).

Lalu di cerita yang lain lagi,

“ada satu orang yang menurutku bagus untuk aku jadiin panutan. Yakni seniorku di organisasi ekstra kampus, Kendang namanya.” (Aneh kan namanya, hehe…. Biasalah, organisasi ku ini emang kumpulan orang aneh dan gila. Eeiiitss.. tapi yang aku maksud bukan gila gangguan mental/kerusakan otak. Tapi gila loyalitas terhadap organisasi..wuh,, keren poko’ e…hehe).  (Gus Mesum bercerita sambil manggut-manggut menirukan gaya burug Beo, sangking kagumnya.. J).

“ eh,, iye balik lagi ke cerita. Jadi dia ini anak fakultas kedokteran, dia selain ikut di organ ekstra yang aku ikuti, dia juga aktif di BEM, selain itu dia juga aktif di Himpunan Mahasiswa Farmasi se-Indonesia. Tapi yang bikin aku salut, walau begitu sibuk dan banyak nya kegiatan, dia masih sempat untuk menulis skripsi nya. Dia tergolong mahasiswa yang rajin di jurusannya, karena dia selesai kuliah 4 tahun (padahal kuliah di fakultas kedokteran, rata-rata kuliah nya lima tahun. Bahkan lebih). “

Suatu ketika, Gus Mesum pernah bertanya soal resep bagaimana seniornya bisa sukses membagi waktu untuk banyak kesibukan, namun skripsi tetap selesai tepat waktu.

“aku bisa menjalani semua kegiatan ini, karena motivasi dan tujuan ku yang kuat, juga dorongan dari orang tua. Kamu tidak akan merasa capek dan malas, karena motivasi dan tujuanmu. Tinggal seberapa besar tujuanmu… maka kamu akan mengimbangi dengan usahamu yang sungguh-sungguh.”

Mengenai cita-cita sebenarnya Gus Mesum adalah menjadi seorang Duta Besar. Impian ini muncul ketika masih kanak-kanak, yakni ingin ngluyur ke tempat2 yang unik di seluruh dunia. Lalu dia berprasangka bahwa ketika menjadi seorang duta besar, dia bisa berlang-lang buana ke banyak negara.

Namun, pernah terceletuk olehnya ketika ditanya seorang komandan dalam sebuah pelatihan. (meskipun begitu, Gus Mesum juga pernah ikut Wamil/ Wajib militer di awal masuk kuliahnya).

“cita-citamu ingin menjadi apa setelah lulus dari sini (maksudnya lulus kuliah)..??” tanya komandan.

“siap.. saya ingin menjadi Duta Besar, Ndan.” Jawab Gus Mesum.

“Duta Besar di negara mana…??”

“Israel, Ndan!!!” jawab nya singkat dan jelas.

Lalu diam sejenak,,

Dalam benak Gus Mesum, dia membayangkan komandan lagi mikir. “ngapain nih bocah jadi Dubes di Israel. Mau nyari mati apa yak…”

Tapi Gus Mesum tetep positive thingking, kalo cita2nya mungkin terjadi. Dan sikap ngototnya pun keluar, “yaah,, emang kalo gua jadi Dubes di Israel, lu mau ngapain ndan. Cita2ku nggak mustahil kok….”                                                                                                                                       (semangat Gus Mesum…. سباق دبي العالمي للخيول !!!,, kejar cita2mu hingga tercapai….hehe. kasih semangat… ah, sekali2. untuk cita2 yang luar biasa J).

Di suatu senja,

Gus Mesum bergumam dalam hati. Sambil terselip sebatang korek api di mulutnya. Dia duduk santai di dermaga dekat rumahnya dengan menghadap lautan . Di temani sebuah lagu Pria Kesepian dari Sheila on 7 (uhhh…nyesek banget lagunya,,, L ), membuatnya nyaman untuk enggan beranjak dari  duduk santainya di senja kala itu. Matahari senja kemayu dan malu-malu, perlahan-lahan pergi meninggalkannya.

“Hmmm….benar, emang sampe sekarang aku blum punya cewek, tapi aku nggak pikir pusing. Pacar bukanlah menjadi tujuanku. Walaupun banyak silih berganti gadis mempesonaku, tapi aku anggap itu sebagai pesona sesaat. Karena ada yang lebih penting dari itu. Yakni mewujudkan cita2ku, menyiapkan diri untuk mapan, memakmurkan seorang wanita yang nantinya akan menjadi labuhan terakhirku, suka dan duka bersamanya (dia yang akan menjadi ibu dari anak-anakku). Dan yang terpenting adalah mensejahterakan orang tua.”

Tapi kalo bisa memilih, dia ingin mempunyai istri anak seorang kyai.

“aku nggak tahu kenapa, tapi pengen banget rasanya punya istri yang solehah, yang lahir dari kalangan orang baik. Walaupun rasanya diri ini hina, tapi setidaknya ada kebaikan yang aku miliki, yang bisa mengingatkanku pada kebenaran. Hingga nantinya aku kembali kepada sang Pencipta.”

“Ehm,, aku juga berangan-angan untuk mempunyai rumah di daerah yang sejuk, yang masih hijau dan rindang. Tak begitu mewah,  jauh dari keramaian.  Yang membuatku dan anak istriku betah di rumah. Hingga aku merasa damai dan harmoni untuk mengisi hari tuaku kelak.”

Weedeeeh,,, jauh banget mikirnya Gus e, ini namanya dewasa atau matang sebelum waktunya ya….

Terserahlah,  semua tergantung yang nilai kok…. J

Gus Mesum ( eh…gak enak banget ya dengernya, Gus kok Mesum. Tapi gak apa2 lah. Itu kan hanya julukan aja. Waktu dia masih Ababil, “anak belum stabil” maksudnya.hehe)

Pernahkah anda resapi dan pikirkan sebelumnya, ketika seseorang telah berubah dari kebiasaannya, berubah sifatnya, menjadi aneh (Karena belum pernah terpikirkan oleh kita sebelumnya). Biasanya itu menjadi kesempatan terakhirnya untuk beramal.

Seperti seorang pembunuh, yang tiba2 bertobat. Menjadi seorang marbot masjid. Dia menjadi rajin beribadah, menjadi sangat baik sekali, ramah. Siapa sangka itu menjadi amal terakhirnya di dunia. Dan beberapa hari setelah pertobatannya, dia di rengkuh oleh kasih Tuhan. Untuk di panggil dan tinggal bersama Tuhan di surga.

Begitupun juga, yang di alami oleh Gus Mesum. Ketika ia mulai menikmati hari-hari baiknya dalam beramal. Tuhan tau, dia lebih baik segera di panggil untuk tinggal bersama-Nya. Akhirnya, dia di panggil Tuhan, dan menutup mata dengan tersenyum ketika selesai sholat. Subhanallah…!!!

“tanda-tanda kehidupan adalah perubahan, jangan takut untuk berubah. Bila ia tidak berani untuk berubah, maka sebenarnya ia telah tiada.”

Berkat kalimat ini, Gus Mesum mulai merubah kebiasaan buruknya dan bangkit.