Seperti yang kita ketahui bersama, 17 Agustus 2021 lalu, adalah Hari Ulang Tahun negara kita tercinta. Terlepas dari pendukung yang masih saja bertikai, terlepas dari virus yang masih disana sini, terlepas dari kasus korupsi yang dikorting vonisnya.
Terlepas dari medali emas Olimpiade yang dipersembahkan dynamic duo Greysia Polii dan Apriyani Rahayu, hingga tebaran baliho dan spanduk yang marak dimana-mana. Saya selalu merindukan suasana resepsi Tujuh Belasan setiap tahunnya.
Suasana haru terjadi puluhan tahun lalu, saat saya berdiri di depan podium dengan gagahnya menerima kotak hadiah yang dibungkus kertas sampul. Ingat tidak kalian! Kertas sampul buku tulis yang legend di zaman anak-anak SD periode 90-an.
Tak hanya mereka yang berprestasi secara internasional boleh bangga atas kerja kerasnya. ivermectin human neurological side effects Anak perumahan macam saya juga memahami arti kebanggaan, saat meraih juara pertama dalam olahraga membawa kelereng dengan sendok. Kalian tidak tahu soal olahraga tersebut ? Payah.
Jangan anggap remeh, itu tidak mudah kawan! Karena mulut tak boleh monyong saat berlomba, mata bisa sedikit juling, sementara kelereng diatas sendok bak bola liar di depan gawang MU, yang dijaga David de Gea.
Hadiah diserahkan dengan khidmat oleh Pak RT, yang bukan orang jauh saya, bapak saya sendiri. Tanpa bermaksud mengecilkan juara dari cabang lain, membawa kelereng memakai sendok adalah salah satu cabang lomba yang sulit di momentum Tujuh Belasan.
Saya berikan kisi-kisi dalam olahraga ini. Dibutuhkan kaki-kaki yang mantap untuk melangkah laju. Diperlukan gigi yang kuat untuk menggigit sendok agar tidak terjatuh, tidak lupa keseimbangan badan yang mumpuni agar kelereng tidak terjatuh. Semoga kisi-kisi ini berguna bagi calon generasi emas olahraga membawa kelereng dengan sendok.
Waktu itu tepatnya tahun 1993, sehingga perihal kemerdekaan bagi saya adalah kemenangan tersebut. ivermectina vende sem receita Sekarang di tahun 2021, kemerdekaan bagi saya adalah bebas dari ancaman penyakit degeneratif. quanto tempo leva para fazer efeito o remdio ivermectina Betul sekali, karena saya memiliki tekanan darah, kolestrol, gula darah dan asam urat yang normal.
Pada tanggal 17 agustus lalu, di media sosial saya banyak sekali tulisan tentang kemerdekaan oleh rekan-rekan sesama pengguna sosial media. Kebanyakan banyak yang merasa belum merdeka, 50% ada hubungannya dengan perpanjangan PPKM, 17% ada hubungannya dengan elite global, 13% tentang artis lokal dan interlokal, 10% tentang pemerintahan negara, sisanya adalah tentang fakir asmara.
Kemerdekaan sejatinya di upayakan, bukan hanya menunggu kejadian. Seperti katanya Don Corleone, “Kekuatan sejati itu direbut, bukan diberi”. Jika hanya mengeluh saja tanpa melakukan apa-apa, niscaya kemerdekaan tidak akan teraih dengan manis.
Pandemi Corona tidak akan usai jika kita tidak menahan diri, elite global akan terus berkuasa jika kita masih saja terjebak dalam tipu dayanya, pemerintah tidak akan seperti yang kita harapkan jika kita hanya sibuk menyalahkan. Pasangan hidup tidak akan terwujud, jika kita hanya berdiam dan tidak bersilaturahmi, kolestrol dan darah tinggi tidak akan normal jika kita masih tidak mengatur pola hidup.
Tapi jangan lupa! Kemerdekaan diri kita itu berbatasan dengan kemerdekaan diri orang lain. Kemerdekaan berskala mikro itu namanya. Tidakkah kita berpikir jika apa yang kita punya sekarang itu juga bentuk kemerdekaan?
Masih bisa naik sepeda motor bonceng tiga. Masih bisa ngopi dan curhat masalah rumah tangga bersama bapak-bapak lainnya. Masih bisa pakai sepatu futsal di undangan nikahan kawan. Masih bisa minta rokok teman, selagi rokok kita sendiri dibawah jok sepeda motor.
Lalu kemerdekaan seperti apa yang kita cari ? Atau jangan jangan kemerdekaan itu hanya sebatas keinginan semu yang dinamis ? Yang paling lucu, ada seorang kawan posting seakan akan paling nasionalis pada tanggal 17 Agustus lalu, esoknya kembali ke Korea-Koreaan.
Hari ini saya merasa merdeka sekali. Notifikasi rekening saya berbunyi. Harmoni dengan suara token listrik yang hampir usai.
MERDEKA!!!!
NB: Penulis merupakan vokalis yang bercita-cita jadi masinis, namun dihajar kenyataan jadi Bankir yang optimis di West Kutai.