Penghargaan Seperti Makanan Penutup – Kalau Ada Syukur! Tidak Ada, Kita Tak Akan Mati

Giat SADARING SATUPENA #02

Arusmahakam.co, Jakarta – “Satupena sementara ini tidak berpikir untuk memberikan penghargaan pada penulis. Karena apa? Karena kami adalah organisasi penulis, jadi tidak mungkin kami memberikan penghargaan pada diri sendiri. Satupena lebih berusaha memperjuangkan para penulis agar mendapatkan penghargaan. Yang lebih layak mendapatkan penghargaan dari lembaga-lembaga yang diakui secara publik, baik nasional maupun internasional,” demikian ucap S Margana dalam kegiatan SADARING SATUPENA #02 pada Minggu (21/08/2021) siang.

Hadir dalam kegiatan tersebut sebagai pembicara antara lain penyair dan penulis esai Goenawan Mohamad, penulis cerpen dan esai Linda Christanty, dimoderasi oleh Geger Riyanto yang juga merupakan penulis dan peneliti dan Debra Yatim yang merupakan kolumnis dan konsultan komunikasi. Bahkan hadir pula penulis novel Supernova yakni Dewi Lestari Simangunsong alias Dee, serta Mardiyah Chamim salah-satu Ketua Satupena periode 2021-2026.

Diskusi Penulis, Penghargaan dan Marwahnya diikuti oleh ratusan peserta yang tersebar di Indonesia, perbincangan mengalir deras mengenai perihal-perihal yang menjadi keresahan hingga solusi yang cerdas para penulis.

Tentu sebelum bertindak sebagai pembicara baik Goenawan Mohamad dan Linda Cristanty memulai, penyair Dyah Merta didaulat membacakan puisinya berjudul Episode Mariana Perempuan yang Mati Beranak di Papua.

S Margana dalam kesempatan itu, mengingat Kongres Satupena di Solo pada 2017 lalu. Dimana Dee merupakan salah-satu orang yang memberikan orasi di dalam kegiatan tersebut. payyer “Orasi beliau salah-satu yang menjadi inti, kemudian menjadi semangat kita mengembangkan organisasi,” jelasnya.

Semangat itu kemudian disampaikan oleh Dee melalui pengantar diskusi, dengan wajah penuh kebahagiaan yang disebarkannya pada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan SADARING SATUPENA #02. “Topik ini sangat menarik, dan saya rasa tidak heran diikuti begitu banyaknya partisipan yang hadir pada siang hari ini. Karena kita sama-sama ingin mendengar pembahasan ketiga pembicara kita yang luar biasa,” ucapnya.

Ia senang sekali bisa menyapa Goenawan Mohamad (Mas GM, red), yang mana sama-sama berjuang waktu Frankfurt Book Fair 2014 hingga 2015. Mengingat sudah lama Dewi Lestari Simangunsong tidak bertemu GM. Termasuk dua tokoh lainnya yang ia kagumi, yakni Linda Cristanty dan Eko Kurniawan.

“Kalau berbicara soal penghargaan. Bagi saya hal itu bisa diibaratkan, seperti kita makan. موقع مراهنات كرة القدم مجاناً Kalau saya makan yang saya kejar adalah makanan utama. Karena makanan utama lah, yang membuat saya kenyang dan tidak membuat saya kelaparan. Dan penghargaan bagi saya seperti makanan penutup. Kalau ada syukur, kalau nggak ada nggak apa-apa. Saya tidak akan mati, kalau nggak ada dessert,” ungkap penulis Filosofi Kopi ini.

Walaupun ada menurutnya, tentu merupakan penutup yang manis. Membuat proses makan itu seperti komplit, karena ada penutup. Memberikan kesan nyaman dan manis di lidah kita. Tetapi jika pun tidak ada, sekali lagi tidak apa-apa. “Karena ini adalah hal yang saya camkan, ketika saya menulis. Baik bagi diri saya sendiri maupun ketika saya kasih saran ataupun materi dalam pengajaran kelas menulis,” tekannya.

Fokus pada perihal-perihal yang bisa kita kendalikan, sehingga opini pembaca, penghargaan, hingga apa kata para kritikus. Merupakan teritori yang tidak bisa kita kendalikan. Apa yang bisa kita kendalikan? Dee Lestari menyebutkan, “Yang kita kendalikan adalah kualitas. Makanan utama kita adalah berkarya. Bagi saya fokuslah pada hal-hal yang bisa kita kendalikan.”

Namun penghargaan adalah dinamika yang termasuk dalam dinamika kepenulisan. Memang sudah diapresiasi sejak dulu. Dan tidak bisa kita menampikkan rasa bangga ataupun kebahagiaan, ketika ada orang yang mengapresiasi suatu karya maupun kerja keras dalam bentuk penghargaan. Hanya saja tidak sekali dua kali, yang namanya penghargaan itu bisa menuai kontroversi. Bisa menuai kegelisahan bahkan menuai penolakan.

“Dilatar belakang yang kemudian menjadi alasan bagi reaksi tersebut, ada juga alasan yang shahih dan menarik untuk kita bahas kali ini. Saya yakin baik GM, Mbak Linda dan Eka, sudah kenyang dengan berbagai macam penghargaan. Jadi mereka sudah punya pengalaman yang mumpuni, untuk berbicara mengenai hal ini. لعبه الذئاب Terimakasih sudah berbagi waktunya, sharingnya untuk kami semua,” terangnya. (Jun)