Membahas soal korupsi di negeri ini seperti mengurai benang ruwet. Satu orang tertangkap, maka yang lain pula terungkap. Saat satu orang buka suara, itulah saat dimana persekongkolan dan pertemanan akan sirna. Karena bisa dibilang pertemanan koruptor terjalin dari kekompakan aksi. Para pelaku mengamankan aksi dengan saling berbagi hasil. Kadang penegak hukum pun, tak luput mendapatkan hasil bagi-bagi.
Nah, soal pemuda. Banyak yang mengartikan kata “pemuda” berdasarkan faktor usia, pola pikir, biologis atau mungkin banyak faktor lainnya. Lalu saya akan mengartikan kata “pemuda” dengan versi saya sendiri. Menurut saya pemuda adalah anak yang sudah nalar dan dapat berpikir mana yang baik dan merugikan untuknya.
Melihat kasus korupsi yang marak di negeri ini, sebenarnya kita tidak perlu heran. Sebab rakyat kecil pun melakukannya. نتائج التنس Lalu apa yang menjadi masalah dengan korupsi? Inilah yang sebenarnya kita pertanyakan. Karena setiap apa yang terjadi di negara kita, kita lah sebenarnya pelaku dan penanggungjawabnya.
Semisal, dalam sebuah perlombaan makan kerupuk. Disitu terdapat masyarakat yang masing-masing menjadi panitia, peserta dan penonton. Pada jajaran panitia yang membuat peraturan, semua aturan permainan sebenarnya berada di kendalinya. Lalu pada peserta, mereka adalah kumpulan orang yang menerima peraturan dan mengkritisinya atau mengawal peraturan yang menurut mereka tidak sesuai. Dan terakhir penonton, mereka adalah orang yang tak punya wewenang apa-apa dan kerjaannya hanya menyoraki ataupun memberi semangat. Nah, kita sebagai warga negara sama seperti peserta dalam lomba makan kerupuk tersebut. Ketika panitia sudah meniup peluit tanda permainan dimulai, inilah saat kedua peran ini berfungsi, yakni panitia dan peserta. Panitia menggunakan wewenangnya dalam mengawasi lomba, dan peserta melakukan tugasnya untuk bergegas menghabiskan kerupuk. Saat tangan peserta tak terikat, dia akan leluasa mencuri kesempatan untuk memegang kerupuk yang selalu bergerak itu.
inilah yang saya maksud dengan kita sebagai pelaku dan penanggungjawab. Saat kita menjadi panitia, kita harus menjadi panitia yang amanah. Mengawasi peserta agar tidak bermain curang, membuat peraturan yang tegas dan tidak memihak. Lalu saat kita menjadi peserta, semua yang kita lakukan adalah tanggungjawab kita. Maksudnya adalah kita bertanggungjawab atas perbuatan kita meskipun saat diawasi panitia ataupun tidak, karena disitulah letak kejujuran kita diuji. Dan penonton adalah mereka yang tak mendapat bagian apa-apa atau tidak menempati posisi apa-apa di negeri ini. لعبة كازينو
Saya akan memfokuskan pada panitia dan peserta. Apabila kita menyadari fungsi kedua peran ini, pastilah kita akan menyiapkan sebaik-baiknya kader untuk menempati posisi keduanya. Langkah selanjutnya adalah bagaimana cara kita menyiapkan kader yang baik dan memenuhi syarat untuk memerankan posisi tersebut. Mengingat di negeri tercinta ini tidak ada seleksi alam yang ketat, maka semua bayi yang lahir akan tumbuh dengan sehat hingga dewasa. Maksud saya adalah selamat dari seleksi alam dan jumlah penduduk akan mudah meningkat. ألعاب بلاك بينك Maka dari itu, dari setiap bayi yang lahir perlu kita asupi dengan nilai-nilai moral yang tinggi tentang pentingnya kejujuran dan rasa malu. Tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, untuk menanamkan sebuah kejujuran. Bila generasi yang baik itu telah tumbuh menjadi pemuda, dan siap menjadi panitia ataupun peserta. Maka pemuda itu tidak akan kenal dengan yang namanya sifat curang, apalagi mengambil yang bukan haknya (korupsi).
Penulis merupakan warga Nahdliyin yang beraktivitas di NU Care-LAZISNU Pusat