POLA ASUH TEPAT, PERSEMPIT PELUANG ANAK TERLIBAT TINDAK KEKERASAN

Berikan Pendidikan terkait bahaya dan dampak kekerasan dan edukasi seksual sejak dini jadi bekal penting anak

arusmahakam.co, Samarinda – Pola asuh yang salah ditambah kurangnya perhatian orang tua terhdap anak memunculkan resiko terjadinya tindak kekerasan pada anak. Baik kekerasan berupa verbal, fisik hingga seksual.

Koordinator Tim Psikolog UPTD PPA Kota Samarinda, Ayunda Rahmadani mengatakan dengan memberikan pola asuh yang tepat pada anak, maka peluang terlibatnya anak dalam segala bentuk kekerasan akan lebih kecil. Baik terlibat sebagai korban maupun pelaku tindak kekerasan.

“Jadi pola asuh anak itu sangat penting agar anak terhindar dari tindak kekerasan,” ucapnya.

Selain pola asuh, lingkungan yang ramah anak juga perlu diterapkan. Sebab, anak yang masih di bawah umur kerap mencontoh perilaku dari lingkungan sekitarnya.

“Karena anak itu mengcopy perilaku-perilaku negatif dan positif itu kan dari lingkungan keluarga, teman sebaya serta lingkungan sekitar, apalagi di jaman serba internet saat ini, jadi orang tua mesti lebih peka lagi terhdap anaknya,” tambahnya.

Senada dengan Ayunda, Psikolog Klinis UPTD PPA Kaltim, Ira Mayangsari mengatakan jika pola asuh pada anak sangat lah penting. Sebab, pendidikan terkait bahaya dan dampak tindak kekerasan termasuk edukasi seksual sejak dini dapat menjadi bekal penting anak. Hal itu pun memperkecil anak terlibat tindak kekerasan dan bermasalah dengan hukum.

“Jadi, anak itu bisa dikelola sebenarnya, orang tua harus memberikan batasan-batasan tertentu. Tapi kalau orang tuanya selalu sibuk dan tidak pernah mengajak mengobrol dan memberikan penjelasan ke anak, ya anak akan berbuat apa saja sesuai keinginannya tanpa adanya batasan tertentu,” terangnya.

Untuk menghindari anak melakukan tindakan negatif, Ira meminta agar para orang tua bisa lebih jeli terhadap tumbuh kembang anaknya. Sebab, bagaimana pun tindakan salah yang dilakukan anak merupakan buah dari tindakan orang tuanya. Terlebih jika anak masih di bawah umur.

“Jadi untuk mengantisipasi tindakan kekerasan sejak dini memang kita perlu berkolaborasi. Harus memberikan pemahaman ke orang sekitarnya juga. Mulai dengan orang terdekatnya dan lingkungannya, khususnya orang tuanya anak itu sendiri,” tutupnya. (adv/dys/DKP3A)