Ketika hujan sering menyapa di saat subuh dalam beberapa waktu terakhir ini, membuat saya bersyukur dengan luar biasa. Karena seakan hujan tersebut bak tanda dari Tuhan Yang Maha Esa, bahwa hidup harus terus tumbuh dan bergerak menjadi lebih baik.
Atas berkat dan rahmat-Nya, wajah pemuda-pemudi di Kutai Kartanegara dapat tersenyum dengan perasaan yang bahagia. Terlebih sejak hampir dua tahun terakhir ini keadaan kita semua, tidak sedang baik-baik saja. Pandemi COVID-19 bak simulasi perang yang tidak benar-benar simulasi, karena ada saja orang-orang yang meninggal dunia karenanya.
Pertemuan tatap muka mulai bergelinding dengan derasnya, seakan menandakan jika daerah yang sedikit kawasannya sudah jadi patok Ibu Kota Negara terus siap berpesta. Terlebih saat Mas Eko Wulandanu yang terpilih secara aklamasi memimpin DPD Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kutai Kartanegara. Ada harapan cerah bagi saya pemuda dari salah-satu kecamatan di pinggiran Kukar arah ke Barat, untuk dapat ikut semangat kebangkitan pemuda-pemudi untuk tidak mengendap-ngendap dari virus corona.
Harapan apa itu? Harapan untuk bersama mengisi berbagai ketertinggalan dalam suasana senyap karena COVID-19 dalam dua tahun terakhir. Maupun bersama-sama mempersiapkan diri untuk dapat berselancar dalam arus besar kabangkitan bangsa Indonesia.
Jujur! Saya ingin mengucapkan rasa terimakasih pada Mas Eko Wulandanu. Karena beberapa hari terakhir ini, ada pesta meriah untuk rakyat muda-mudi, emak-bapak, nenek-kakek. Mereka menikmati gelaran Pemuda Kreatif Ekonomi Maju (Pakem) Expo 2021 yang berlangsung di area parkir Gedung Putri Karang Melenu (PKM) di Kecamatan Tenggarong Seberang. Kegiatan yang jelas mendorong bangkitnya pelaku-pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Diluar itu, saya seringkali diajak Paman saya ke kantor DPD KNPI Kutai Kartanegara. Tentu bukan untuk bertemu dengan Ketua DPD KNPI Mas Eko Wulandanu, namun disini saya bertemu dengan Pak Eko Suwandana. Beliau merupakan lelaki tua yang memiliki kemampuan meracik berbagai bahan jamu dan rempah nusantara, yang berdagang di halaman kantor tersebut.
Sembari menikmati jamu purwoceng rahasia Wangsa Syailendra, saya mencoba bertanya dengan lelaki tersebut tentang harapannya pada pemuda-pemudi penerus yang seusia saya. Ia berkata bahwa kebangkitan pemuda-pemudi di Kukar, harus muncul dari kesadaran diri yang paling dalam. Agar ketika berproses maka proses pembentukkan dirinya menjadi matang dan menghasilkan kebugaran ide maupun jalan pergerakan yang bermutu tinggi.
Sembari meminta maaf sebelumnya, Pak Eko menyebutkan jika pemuda-pemudi yang ada di daerah ini kurang sekali mengerti dan memiliki arti kesadaran diri terhadap tugas dan tanggung jawabnya. Padahal semangat kepemudaan adalah bahan bakar utama untuk mewujudkan cita-cita besar para tokoh-tokoh besar dari Kutai Kartanegara sebelumnya.
“Dalam proses tumbuh, pemuda-pemudi di Kukar jangan berpikiran pragmatis. Jika sudah pragmatis dalam bergerak, maka apa jadinya daerah ini. Apakah bergerak jika ada duitnya, atau tidak bergerak karena tidak ada duitnya. Pemuda-pemudi sekarang harus memiliki gagasan dan pikiran kreatif, apalagi IKN jelas menghadap ke beranda rumah, halaman samping, halaman belakang rumah kalian semua,” jelasnya padaku.
Ia berharap agar pemuda-pemudi di Kutai Kartanegara jangan hanya senang berkedudukan sebagai penonton yang bertepuk-tangan dengan riang gembira di negeri sendiri. Jadilah tuan rumah di negeri sendiri. Dan berkembang dengan ide-ide kreatif dan perjuangan totalitas tanpa batas.
Terimakasih Mas Eko Wulandanu & Pak Eko Suwandana
Penulis merupakan mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta).