Sesekali saya harus bernyanyi lagu Top-Topan, Ciptaan Miqbal GA. Biarlah dipandang remeh, namun tetap top sebagai lelaki.
Kulo pun angkat tangan. Atine pun ajur ajuran. Kulo tak milih pamit. Ati kulo pun roso sakit.
Wes tak cobo ngampet loro. Wes tak cobo jogo tresno. Loro sing tok jalari ora tak rasakke. Najan aku ngerti koe karo liyane.
Cobo koe ono ning posisiku. Opo koe iso kuat atimu. Ngrasakke tok larani. Ning sak bendinoku. Koe ra ngroso kok malah suloyo.
Kulo pun angkat tangan. Atine pun ajur ajuran. Kulo tak milih pamit. Ati kulo pun roso sakit.
Ngapurane sayang.Aku udu wong top topan.
Ora koyo idamanmu. Sing gampang nrobos atimu.
Aku janne ngerti koe ghosting ati. Tak cobo goblok tetap mencintai sepenuh hati.
Kulo pun angkat tangan. Atine pun ajur ajuran. Kulo tak milih pamit, ati kulo pun roso sakit.
Ngapurane sayang. Aku udu wong top topan. Ora koyo idamanmu. Sing gampang nrobos atimu.
Aku janne ngerti koe ghosting ati. Tak cobo goblok tetap mencintai. Sepenuh hati. Tak cobo goblok tetap mencintai. Sepenuh hati.
(***)
Selain bernyanyi, sekiranya saya boleh mengungkapkan perihal hati yang dibagi-bagi.
Melalui kata-kata yang ada pada lirik lagu Top Topan, lagu tersebut memiliki makna rasa cinta pasrah seseorang yang ditinggal pergi, karena terganti dengan sosok idaman kekasihnya.
Beberapa tahun yang lalu saya pernah mengalami kejadian seperti yang di ceritakan dalam lagu tersebut. Saya mencintai adik kelas saya, yang bernama Puput.
Awal pertama kali lihat dia itu pas di kantin, entah bisa – bisanya pandangan saya terfokus kepada nya. Di situ saya melihat dia sangat anggun di mata saya. Dan entah kenapa tuhan mendekatkan kami berdua, kami sama-sama masuk dalam organisasi OSIS di situ saya sangatlah senang bisa dipertemukan dengan nya.
Hari demi hari kami pun mulai dekat, sempat duduk bareng berdua di dewan guru, sempat bergoncengan berdua, dan dari situ saya mulai mengetahui latar belakang, dan bagaimana sifatnya.
Saya pun tertarik dengannya, memendam rasa cinta yang sangat bergejolak kepada nya. Sempat ingin mengucapkan rasa cinta ini dengannya, namun naas ternyata perasaan yang saya pendam selama ini hanya bertepuk sebelah tangan.
Dengan mata kepala saya sendiri, saya melihat dia sedang bermesraan dengan laki-laki lain. Di situ saya mulai down, dan tidak lagi berharap lebih kepada yang namanya wanita. Bukannya trauma, lebih tepatnya sedang tidak mau lagi tersakiti oleh wanita. Tapi dari sini saya sadar bahwa cinta itu itu tidak harus memiliki, tapi cinta itu memberi.
Jika dia tidak menganggap kehadiranmu, tidak menganggap mu ada. Maka pergilah tidak usah mengemis cinta kepada seseorang yang tidak mencintaimu.