Tuan Makdum Ibrahim, Penjelajah Pengganti Kapten Andry

Oleh: R.J Warsa*

Belasan tahun nampaknya saya sudah tidak mengikuti perkembangan tempat saya nyantri di Averroes Community Kota Malang, Jawa Timur secara intens. Membuat saya tidak mengenal secara dekat nama-nama baru dalam lingkup keluarga Kyai dan Nyai, dimana saya bertindak sebagai santri kalong dulunya.

Terbukti saat seorang anak memberikan testimoni mengenai almarhum Kyai Andry Dewanto Ahmad. Usai kegiatan khataman Al-Qur’an, tahlil, serta doa untuk almarhum yang berlangsung secara daring menggunakan aplikasi Zoom Meeting pada Senin (2/8/2021) malam.

Mau tidak mau saya harus bertanya pada dua orang sahabat saya, mengenai nama lengkap anak tersebut. Chat WhatsApp pertama saya tanyakan pada Damanhuri, namun tidak langsung dijawab mengingat ia berada di lokasi berlangsungnya acara. Lalu Mas Anwar menjawab terlebih dahulu dengan menyebutkan nama anak almarhum. “Setahuku Makdhum Ibrahim. Apa ada Muhammad-nya, kelas 6 SD,” bunyi chatnya. Tak lama berselang muncul balasan dari Daman, “Makdum Ibrahim”.

Ibrahim sudah saya anggap benar. Namun saya tidak berani mengecek ke orang ketiga, yakni Fauzan Fuadi. Padahal saya seharusnya memverifikasi perihal nama Makdhum atau Makdum, yang memakai ‘H’ atau tidak. Namun saya harus menahan diri, usai pagi harinya Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) DPRD Provinsi Jawa Timur tersebut. Membuat tulisan “Mas Andry, Jujur Saya Iri”, pada portal online inspirasijatim.com di hari yang sama.

Jelas saya semakin jadi bahan bulan-bulanannya, minimal matahari-matahariannya nanti. اليورو 2023 مباريات Mengingat pada tulisan tersebut ada sekitar empat kali nama saya disebutnya, dua kali nama Siswanto dan Samsul Ma’arif. Lalu satu kali penyebutan nama senior di atas kami, seperti nama Subhan Salim, Iskandar NH, dan Khusen Yusuf.

Serta tak lupa pada sahabat sepantaran kami, Ali Jamal “Salam Satu Nyali! Wani”, yang pernah menduduki jabatan Ketua PC PMII Kota Malang. Dan tentu tidak lupa pula nama orang tersayang dan pendamping hidup almarhum, yakni Mbak Hikmah Bafaqih. Salam hormat dan sungkem dari jauh Mbak.

Sebagaimana dikemukakan oleh wakil rakyat dari Daerah Pemilihan (Dapil) Jatim XII meliputi Bojonegoro – Tuban, tentang Andry Dewanto Ahmad. Yang membuatnya terkesan pada pertemuan awalnya saat mengikuti Pelatihan Kader Lanjut (PKL) tahun 2002 di Lawang, Malang. Mengisi materi leadership, membuat Fuad terlena dan makin kesengsem pada lelaki yang digelarnya “Ratu Lebah” dalam koloni jaringan pendamping desa di Jawa Timur.

Newcomer’s Testimony

Mohon izin sebelumnya legend Mbhetek 164, Mas Abdul Jalil dan Cak Inung alias Ahmad Zainul Hamdi. Disela-sela kesaksian mengenai Andry Dewanto Ahmad, tiba-tiba Makdum Ibrahim muncul, setelah dieloni dengan lembut oleh Ketua Pengurus Harian Tanfidziyah PBNU yakni KH. Robikin Emhas.

Di hadapan banyak peserta daring termasuk Mamanya yakni Hikmah Bafaqih, Makdum dengan luwesnya memberikan kesaksian. Membuat sesepuh pinisepuh dan Aji Sepuh, terdiam dan tak lama mengungkapkan kekaguman sekaligus doa-doa kebaikan bagi Newcomer.

“Bunda lagi lihat, jadi aku nggak boleh ngomong sembarangan,” ujar Makdum diawal testimoni. Lantas disahuti oleh KH. Robikin Emhas, “Nggak apa nak, ngomong saja. Semuanya sangat bergairah mendengarkan ceritamu.” Ia menyebutkan, jika dua testimoni dua jenderal senior lainya bagus. عدد اوراق لعبة اونو Karena banyak yang belum dia ketahui terkait ayahnya. Walaupun seringkali berada disisi almarhum saat berurusan, tetapi banyak hal yang belum dimengertinya mengenai urusan ayahnya.

“Aku meyakini yang dikatakan itu benar. Karena aku merasa pandangan tentang ayah itu bagus semua. Setiap kali mau berbicara, ayah tidak pernah mendahulukan soal image-imagenya. Satu lagi, berbicara tentang ayah, ayah memang tegas. Termasuk dari cerita-cerita kakak-kakakku, ayah itu tegas tetapi nggak pernah marah. Namun sangat penyayang (memperlihatkan sisi kasih sayangnya sebagai orang tua, red),” jelas anak lelaki yang biasa dipanggil Oi ini.

Sebagai anak bungsu, dirinya seringkali dianggap suka menangis dan memiliki permintaan yang tidak jelas. Namun dari semua orang dirumahnya, ia merasa Andry Dewanto Ahmad dengan kemampuan yang luar biasa. Amat memahami dan mengerti maksud dari Makdum. “Ayah yang paling mengerti isi hati, itu yang menurutku paling berkesan dari sosok ayah,” ucapnya dengan lugas.

Robikin lantas mengajak semua peserta daring membayangkan, bagaimana anak kelas VI Madrasah Ibtidaiyah. Sudah berbicara dengan fasih, mengcapture sosok ayahnya, dialognya. Oi kemudian menyampaikan mengenai kondisinya, yang merasa agak bagaimana begitu. Mengingat bundanya, berada disisinya dan turut mendengarkan pembicaraan tersebut secara langsung.

“Ayah pernah marah, mana sih ada ayah yang tak pernah marah. Bedanya marah ayah dengan marahnya ayah orang lain, itu bersangkutan dengan soal agama. Katanya ayah, agama didahulukan baru kemudian dunia. Karena yang akan kita pegang di akhirat itu soal agama, tetapi tetap harus diselaraskan. Kalau beda ukurannya nanti menyebabkan sebuah masalah,” terangnya.

Lebih jauh ia menceritakan ketika membaca dzikir semisal, Andry Dewanto Ahmad tidak pernah hingga ketiduran. “Ayah selalu berpesan padaku, kalau kamu sudah ngantuk ya sudahi saja. Kalau kita dzikir sedang ngantuk-ngantuknya, itu tidak khusuk. Soalnya otak kita tidak 100 persen terpikirkan pada Allah. Kunci dari dzikir khan mengingat Allah, kalau ngantuk gimana mengingatnya,” ucap bocah SD tersebut.

Sakit karena terpapar COVID-19, tentu membuat semua orang terkejut atas wafatnya Andry Dewanto Ahmad. Bagaimana tidak, sosok ini juga merupakan orang yang dalam setiap kesempatan beraktivitas di depan publik selalu mentaati protokol kesehatan. Sehingga ketika Oi anaknya memberikan kesaksian mengenai kehidupan sang ayah dimatanya, membuat semua orang tersentuh.

Seperti diungkapkan oleh Kyai Habib Maulana, pemimpin PP Al-Hidayah Kota Batu. Beliau ini merupakan sahabat perjuangan kami berdua, yakni Ketua Fauzan Fuadi dan saya anggota. “Aku melihat Abahmu dan sampean ini luar biasa, kudu nangis,” ungkapnya.

Makdum Ibrahim saat bercerita mengenai almarhum Ayahnya.

Untuk testimoni lengkap Makdum, pihak panitia pengajian yang digawangi Edi Purwanto salah-satu peneliti di Jatim. Berjanji akan membuat potongan video yang bakal diunggah ke YouTube. Semoga janji itu terlaksana dan bukan sekedar janji, karena itu akan membingungkan Ketua Fuad dan saya yang anggotanya ini. Siapa yang politisi, siapa yang peneliti, siapa yang videografer. Jangan lupa sekalian dikumpulin kepingan-kepingan testimoni anak-anak Alm Andry Dewanto Ahmad dalam bentuk video, pada acara pengajian Selasa (03/08/2021) malam nanti.

Setidaknya kita semua saling bersahut-sahutan dengan cara yang luar biasa, untuk mengenang Kyai Andry Dewanto Ahmad. Lewat berbagai macam media dan teknologi mainstream walaupun jarak memisahkan berbagai pertemuan fisik, termasuk pula adanya PPKM Level 4.

Teruntuk sahabatku, Sir Fauzan Fuadi! Terus menulis walau anda sudah menjadi wakil rakyat, karena kita berdua ini tidak terkungkung oleh harta, tahta, dan wanita. Namun terikat oleh yang kau sebutkan dalam tulisanmu mengenai kata-kata, “Min haitsu la yahtasib“.

Sehingga baik jatuh-bangun, gelap-terang, jauh-dekat, naik-turun, tetap investasi utama dari Sang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. كيفية لعب بلاك جاك Semua kemesraan dengan Allah SWT, berjalan tanpa bisa kita perhitungkan ruang dan waktunya. Itu pun selalu karena kebaikan hati Rasulullah SAW, peluk hangat selalu.

Kita harus terus menjalani petuah-petuah Alm Tuan Guru Andry Dewanto Ahmad, sebagaimana Tuan Makdum Ibrahim yang mulai kelihatan wataknya sebagai penjelajah. “Un pour tous et tous pour un – Satu untuk semua, semua untuk satu“. Salam Persahabatan

NB: Penulis merupakan warga Nahdliyin di Pulau Borneo, memiliki perasaan hati yang bertaut dengan pondok pesantren Averroes Community.