Arusmahakam.co, Bali – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo harus bekerja maraton di Nusa Dua, Bali. Selama dua hari, 13-14 Juli, mereka memandu pertemuan internasional para menteri keuangan dan gubernur bank sentral atau Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) Meeting. Dua hari berikutnya, keduanya memimpin pertemuan FMCBG Kelompok G20. Pertemuan pertama memberi masukan untuk yang kedua.
Suasananya cukup meriah. Tamu asing yang hadir lebih dari 400 orang, termasuk 17 orang menteri keuangan (menkeu) dan 10 gubernur bank sentral dari negara G20, ditambah delegasi dari lembaga internasional seperti Bank Dunia, IMF, dan ada pula tamu undangan seperti Menkeu Ukraina Serhiy Marchenko, yang hadir secara virtual. Pertemuan ini dihelat secara hibrida dengan 120 peserta yang hadir secara online.
Pada konferensi media, setelah pertemuan FMCBG G20 usai dilaksanakan, Menkeu Sri Mulyani dan Gubernur BI Pery Warjiyo menyampaikan apresiasi mereka, atas dukungan dari negara G20, negara undangan, dan berbagai organisasi internasional yang hadir. Forum itu pun menghasilkan dokumen Chair’s Summary yang terdiri dari 14 paragraf, dengan dua poin yang masih diperdebatkan.
‘’Kita telah menciptakan kemajuan dalam membangun jembatan satu sama lain hingga hari ini dan seterusnya, dalam menanggulangi tantangan yang nanti akan dihadapi ke depan,’’ ujar Sri Mulyani. Sebagai pemimpin Presidensi G20, kata Menkeu pula, Indonesia akan terus menjaga integritas dan efektivitas G20, sejalan dengan prinsip-prinsip G20 yang disepakati, seraya memprioritaskan dialog terbuka dan berfokus pada aksi konkret.
Pada kesempatan yang sama, Gubernur BI Perry Warjiyo menekankan bahwa terlepas dari tantangan situasi yang dihadapi, G20 merupakan sebuah forum penting yang mengkoordinasikan permasalahan ekonomi global dan tetap berkomitmen mewujudkan aksi-aksi nyata. “Untuk mendukung pertumbuhan dan pemulihan yang kuat, berkelanjutan, seimbang, dan inklusif,’’ ujar Perry Warjiyo.
Rumusan pada 14 paragraf keputusan itu adalah intisari yang dikupas dari pembahasan atas tujuh isu ekonomi global dan kesejahteraan yang dianggap paling penting dan relevan. Rinciannya, (1) ekonomi global; (2) agenda kesehatan global; (3) arsitektur keuangan internasional; (4) keuangan; (5) keuangan berkelanjutan; (6) infrastruktur; dan (7) perpajakan internasional.
Ketujuh materi itu adalah rumusan dari rangkaian tiga pertemuan FMCBG G20 di bawah presidensi Indonesia. Ketiganya dilakukan secara hibrida. Yang pertama, dihelat dari Jakarta pada pekan ketiga Februari 2022, yang kedua April di Washington, dan yang ketiga di Nusa Dua, Bali, pekan lalu.
Terlepas dari ketujuh materi tersebut, Presidensi G20 Indonesia menegaskan kembali bahwa G20 perlu mengirimkan pesan yang jelas kepada masyarakat dunia bahwa G20 memegang komitmen kuat untuk bertindak nyata. Dengan kata lain, semua anggota perlu memastikan implementasi kebijakan yang dihasilkan dari G20 untuk menjawab tantangan global saat.
Melalui inisiatif konkret, dunia akan segera pulih dan bangkit lebih kuat. Recover Together, Recover Stronger. (put/idn/amc)